INDORAYA – Angka pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia masih didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Setidaknya ada 1,6 juta lulusan SMK tercatat belum memiliki pekerjaan, sehingga pemerintah terus mendorong pembukaan akses kerja yang lebih luas bagi para alumni sekolah vokasi tersebut.
Salah satu langkah percepatan dilakukan melalui program SMK Go Global, yaitu inisiatif pemerintah pusat untuk menyiapkan 500 ribu tenaga kerja lulusan SMK agar mampu bekerja di luar negeri melalui pelatihan kompetensi, bahasa, hingga pemahaman budaya.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko PMK, Leontinus Alpha Edison, mengatakan program ini dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan tenaga terampil di berbagai negara dan sekaligus menjadi solusi pengurangan pengangguran lulusan vokasi.
“Sekitar 500 ribu pekerja akan kita siapkan skill-nya, siapkan skill bahasanya, dan kesiapan mental serta pengetahuan budaya negara tujuan,” kata dia dalam Workshop Kepala Sekolah SMK Program SMK Go Global di Hotel Tentrem Semarang, Kamis (4/12/2025).
Menurutnya, banyak lulusan SMK yang sebenarnya memiliki kemampuan tinggi, namun kurang akses informasi pekerjaan yang valid dan rentan menjadi korban penipuan berbasis rekrutmen tenaga kerja.
“Kita harus rajin turun ke lapangan agar informasi kerja tidak diisi hoaks,” tegas Leontinus.
Sejumlah negara telah disiapkan menjadi mitra penempatan, mulai dari Jepang, Jerman, Turki, Slovakia, Singapura hingga Uni Emirat Arab. Adapun bidang kerja yang paling banyak dibutuhkan meliputi caregiver, hospitality, welder, dan berbagai profesi teknis lain.
Untuk memastikan kesiapan tenaga kerja, workshop tersebut mempertemukan pihak sekolah dengan mitra resmi seperti lembaga dari Jepang, JIKA Expert, serta Asosiasi Penyelenggara Pemagangan Indonesia.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah, Sadimin, menyebut SMK di provinsi ini perlu mempercepat peningkatan kualitas pembelajaran. Mulai dari sinkronisasi kurikulum dengan industri hingga kewajiban membuka kelas bahasa asing.
“Ini langkah strategis untuk membuka ruang bagi lulusan SMK berkompetisi di level global. Mereka harus punya keterampilan teknis, penguasaan bahasa asing, dan kemampuan adaptasi lintas budaya,” ujar Sadimin.
Pemprov Jateng menargetkan seluruh SMK memiliki minimal satu kelas bahasa asing sesuai kebutuhan pasar kerja, baik Bahasa Inggris, Jepang, Korea, maupun Mandarin.
Sadimin berharap bahwa program SMK Go Global harus menjadi gerakan yang berdampak, bukan seremonial tahunan.
“Pemerintah provinsi terus mendorong sinkronisasi kurikulum antara SMK dan industri,” pungkasnya.


