INDORAYA – Jawa Tengah menegaskan kesiapan menghadapi dinamika ekonomi tahun 2026 melalui penguatan sinergi lintas lembaga dan transformasi di sektor-sektor strategis.
Saat ini, Jateng memiliki modal kuat untuk menjaga stabilitas meski tantangan global masih tinggi. Hal ini karena sepanjang 2025 koordinasi antarinstansi berjalan solid.
Hal tersebut disampaikan oleh Plh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jateng, Nita Rachmenia usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 di Kota Semarang, Jumat (28/11/2025) malam.
“Kita bersama-sama bahu-membahu bersama pemerintah provinsi maupun kota kabupaten untuk mempertahankan, menjaga perekonomian provinsi Jawa Tengah di berbagai sektor mulai dari UMKM, investasi, termasuk juga untuk menjaga inflasi,” ujarnya.
Untuk penutupan 2025, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jateng berada pada kisaran 4,8–5,6 persen, sementara inflasi terkendali pada 2,5 ± 1 persen. Proyeksi tersebut menjadi landasan optimisme hati-hati dalam menatap 2026.
Meski demikian, Nita menekankan bahwa risiko eksternal tidak bisa diabaikan. Ia merinci beberapa potensi tekanan yang harus diwaspadai.
“Di antaranya tadi sudah disampaikan ketegangan geopolitik global yang memiliki dampak mendorong kenaikan harga bahan baku, lalu ketidakpastian pasar keuangan yang dapat mempengaruhi aliran investasi dan pembiayaan serta risikonya perubahan iklim yang bisa mempengaruhi produktivitas pertanian sehingga bisa menjadi salah satu sumber terjadinya volatilitas harga,” kata Nita.
Untuk menjawab tantangan tersebut, seluruh unsur dalam TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) disebut telah memperkuat koordinasi.
“Kita semua bersinergi dalam TPID di provinsi untuk bisa menjaga dan mengantisipasi tantangan-tantangan tersebut,” ujarnya.
Dengan kekuatan struktural yang dimiliki, mulai dari ketersediaan pangan, demografi usia muda, tenaga kerja kompetitif, basis industri pengolahan, hingga pertumbuhan positif sektor pariwisata, BI memproyeksikan ekonomi Jateng tumbuh 4,9–5,7 persen pada 2026, dengan inflasi tetap terjaga dalam rentang sasaran.
Selain fokus stabilisasi ekonomi, BI Jateng juga terus memperluas pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
“Pengembangan ekonomi syariah ini kita coba meningkatkan polanya dari hulu ke hilir. Jadi tidak hanya di hilirnya saja yang kita dorong tapi di sisi hulunya juga bagaimana mengembangkan misalnya rumah potong hewan yang halal, ketersediaan bahan baku dan makanan halal yang bisa men-support industri hulunya,” kata Nita.
Menjelang akhir tahun 2025, BI juga mencermati potensi peningkatan inflasi musiman akibat momen Natal dan Tahun Baru. Berdasarkan data terakhir, inflasi Jawa Tengah tercatat 2,86 persen pada Oktober. Nita memastikan mitigasi sudah berjalan.
“Itu tadi salah satunya dengan strategi 4K TPID termasuk Championship Cabai yang kita lakukan dalam rangka memitigasi permintaan di akhir tahun,” ungkapnya.
Dengan berbagai langkah tersebut, Jawa Tengah diharapkan dapat menjaga stabilitas sekaligus memperkuat daya saing ekonominya di tengah dinamika global yang cepat berubah.


