INDORAYA – Sebanyak 15.000 buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex Group berencana mendatangi dan melakukan aksi di Istana Kepresidenan di Jakarta usai perusahaan tekstil tersebut diputus pailit.
Hal ini menyusul ditolaknya permohonan kasasi oleh Mahkamah Agung (MA) yang diajukan PT Sritex terkait putusan pailit dari PN Semarang. Putusan yang dikeluarkan pada 18 Desember lalu membuat status pailit terhadap Sritex sah secara hukum.
Koordinator Serikat Pekerja Sritex Group, Slamet Kaswanto mengatakan, putusan tersebut membuat para pekerja merasa sedih dan kecewa karena nasib dan masa depannya yang tidak jelas.
Oleh sebab itu, pihaknya ingin menggugah hati pemimpin dan penegak hukum, khususnya Presiden Prabowo Subianto agar mendengarkan jerit tangis kaum buruh dengan melakukan aksi di Istana Negara.
“Kami berencana melakukan aksi damai ke kantor Presiden Republik Indonesia dan Mahkamah Agung Republik Indonesia di Jakarta,” katanya kepada Indoraya.news melalui pesan WhatsApp, Selasa (24/12/2024).
Pihaknya telah melakukan konsolidasi dan menampung aspirasi seluruh pekerja Sritex Group yang menginginkan pemerintah hadir secara nyata dalam penyelesaian polemik kepailitan raksasa tekstil Asia Tenggara yang berpusat di Sukoharjo itu.
“Kami ingin tetap dapat bekerja dengan tenang seperti dulu, kami ingin kelangsungan usaha tetap terjaga,” kata Kaswanto.
“Karena kesejahteraan pekerja itu hanya bisa diperoleh kalau pekerja memiliki pekerjaan, bekerja dan menerima upah, bukan berapa besar pesangon jika pailit ini dilakukan dan pemberesan aset dilakukan oleh kurator,” imbuhnya.
Saat disinggung kapan aksi di Istana Kepresidenan dilakukan, dia menyebut bahwa konsolidasikan akbar serikat buruh baru akan dilakukan pada Jumat besok.
Adapun tuntutan yang disampaikan kepada Presiden Prabowo adalah pemerintah turut membantu perusahaan agar going concern atau melangsungkan kegiatan usaha dalam jangka waktu tak terbatas.
“Yang akan disampaikan (di depan Istana) adalah kelangsungan kerja going concern diputuskan, pelaksanaan aksi nanti sedang kami konsolidasikan akbar hari Jumat besok,” beber Kaswanto.
Menurutnya, jika tidak ada kelangsungan usaha, maka sebanyak 15.000 pekerja di Sritex Group akan tedampak langsung dan 50.000 orang lainnya terdampak tidak langsung.
“Kami ingin ikut mencegah terjadinya gejolak sosial jika tidak segera ada kepastian kerja bagi 15.000 pekerja Sritex Group yang terdampak langsung dari kepailitan ini serta 50.000 orang lainnya yang terdampak tidak langsung,” ujar dia.
“Jumlah tersebut belum termasuk UMKM, komunitas terkait, lembaga pendidikan dan masyarakat sekitar yang pasti akan merasakan dampak jika pabrik Sritex benar-benar ditutup dan di lelang semua ssetnya oleh kurator,” imbuh Kaswanto.