INDORAYA — Di tengah perubahan iklim dan tekanan ekonomi global, Wakil Pimpinan DPRD Jawa Tengah Heri Pudyatmoko menekankan bahwa ekonomi sirkular tak boleh dipandang sebatas isu lingkungan, tetapi sebagai ruang kreatif dan peluang baru bagi perempuan muda untuk berinovasi.
Menurutnya, perempuan memiliki peran strategis dalam menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan—mulai dari pengelolaan sampah rumah tangga, daur ulang produk konsumsi, hingga pengembangan bisnis kreatif berbasis material ramah lingkungan.
“Ekonomi sirkular bukan sekadar tentang mengurangi limbah, tapi bagaimana mengubah sisa menjadi sumber. Dan di situ, perempuan muda punya daya cipta luar biasa,” ujarnya.
Heri menilai, potensi ekonomi sirkular di Jawa Tengah besar, terutama di sektor UMKM, kerajinan, dan industri kreatif yang digerakkan oleh tenaga muda perempuan. Dari data Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, lebih dari 52% pelaku UMKM di provinsi ini adalah perempuan, sebagian besar bergerak di sektor pangan, tekstil, dan daur ulang.
“Kalau ini difasilitasi dengan pelatihan desain produk dan akses ke pasar hijau, perempuan bisa menjadi pionir perubahan gaya hidup masyarakat — dari konsumtif ke produktif-berkelanjutan,” jelas Heri.

Ia juga menyoroti pentingnya pemerintah daerah membangun ekosistem kreatif hijau yang berpihak pada perempuan. Menurutnya, model seperti ‘Kampung Inovasi Hijau’ atau ‘Inkubator Daur Ulang Desa’ bisa menjadi wadah bagi ide-ide baru yang lahir dari komunitas perempuan dan remaja.
“Kita butuh kebijakan yang tidak hanya melindungi, tapi juga mempercayai kreativitas perempuan sebagai kekuatan ekonomi,” tambahnya.
Selain aspek ekonomi, Heri menekankan bahwa pelibatan perempuan dalam ekonomi sirkular berpotensi memperkuat ketahanan sosial dan lingkungan desa. Contohnya, inisiatif pengelolaan sampah berbasis komunitas di Wonosobo dan Jepara yang kini berhasil mengurangi 30% volume limbah rumah tangga sambil membuka lapangan kerja baru bagi ibu rumah tangga.
Menurutnya, pengalaman lokal seperti ini perlu dijadikan model kebijakan daerah.
“Kita sering bicara transisi hijau, tapi lupa bahwa transisi itu butuh wajah manusia — dan wajah itu banyak yang perempuan,” tegasnya.
Heri juga mendorong agar perguruan tinggi dan lembaga pelatihan ikut memasukkan modul ekonomi sirkular dan wirausaha hijau dalam kurikulum vokasional. Ia menilai, bonus demografi Jawa Tengah dengan 8 juta penduduk usia muda akan terbuang sia-sia jika tak diberi arah pada inovasi berkelanjutan.
“Pemberdayaan perempuan muda bukan sekadar soal keadilan gender, tapi soal keberlanjutan ekonomi. Mereka bisa menciptakan nilai dari limbah, peluang dari tantangan, dan masa depan dari hal yang sering kita abaikan,” tutup Heri.