INDORAYA – Mahasiswa program kuliah kerja nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang Posko 60 Desa Galih mengunjungi salah satu usaha pengrajin mikro kecil dan menengah (UMKM) tas kulit yang berada di Desa Galih, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal, 22 Juli 2024.
Pemilik UMKM tas kulit ini ialah Kiswanto, sosok berpengalaman yang telah berkecimpung dalam industri kerajinan kulit selama kurang lebih 13 tahun di Kendal.
Koordinator Divisi Kewirausahaan dan Sosial KKN UIN Walisongo, Endang Rahmawati mengatakan, kunjungan ini dilakukan untuk mendukung usaha lokal dan memperkuat hubungan antara mahasiswa dan pelaku usaha.
“Kami ingin membantu pelaku usaha seperti Bapak Kiswanto menemukan solusi dan strategi yang tepat agar usahanya dapat berkembang kembali. Dengan dukungan dari kami, diharapkan UMKM di Desa Galih dapat semakin maju dan dikenal luas,” ujar dia.
Dalam kunjungan ini, mahasiswa juga berkesempatan melihat secara langsung proses pembuatan tas secara manual untuk menjaga detil yang lebih baik. Meski sebagian besar prosesnya dilakukan secara manual, namun ada beberapa tahapan yang menggunakan mesin.
Di rumah produksi tersebut terdapat sembilan mesin yang digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya mesin jahit. Penggunaan mesin ini membantu mempercepat proses produksi dengan tetap menjaga kualitas tinggi dari setiap produk yang dihasilkan.
Selain proses pembuatan, mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang juga melihat langsung bahan mentah yang digunakan untuk membuat tas. Setidaknya ada beberapa kulit yang dipakai seperti kulit sapi, ular dan buaya.
Sementara itu, Kiswanto, salah satu pengrajin UMKM tas batik asal Kendal menuturkan bahwa ia mendapatkan supply bahan baku dari para supplier resmi yang tersertifikasi.
“Untuk kulit yang paling mahal buaya, bisa sampai 3 juta untuk kulit 1 ekor buaya. Saya dapat kulitnya dari penangkaran buaya, jadi resmi,” ujarnya.
Harga yang ditawarkan untuk tas kulitnya bervariasi, mulai dari Rp 1,5 juta untuk tas berbahan kulit sapi, hingga 8 juta untuk tas berbahan kulit buaya. Sebagian besar produk kiswanto dijual ke Jakarta melalui reseller yang sudah menjadi rekanan sejak lama.
Namun, Kiswanto menyampaikan bahwa saat ini usahanya sedang mengalami penurunan penjualan yang signifikan.
“Persaingan dengan produk asing tiruan dengan harga yang lebih murah benar-benar mengganggu segmen pasar, dulu banyak yg3 pesan termasuk pejabat-pejabat daerah namun kini dukungan semacam ini berkurang,” ungkapnya.
Meskipun menghadapi tantangan, semangat Kiswanto tidak surut. Dirinya terus berkomitmen untuk menjalankan usahanya demi menjaga kelangsungan hidup para karyawan dan tetap memenuhi permintaan pelanggan yang loyal.
Kiswanto menyadari pentingnya promosi untuk meningkatkan penjualan, namun beliau memilih untuk tidak melakukan promosi melalui pembuatan konten online dan fokus menjadi pengrajin untuk kemudian dipasarkan melalui reseller.
“Saya khawatir jika promosi dilakukan secara langsung, hal ini akan merugikan reseller kami. Kami ingin tetap menjaga hubungan baik dengan mereka,” jelasnya.
Endang Rahmawati, mahasiswa KKN UIN Walisongo menyarankan Kiswanto untuk memperluas jangkauan pemasaran dengan memanfaatkan platform digital.
“Dengan membangun merek secara online dan menjaga hubungan baik dengan reseller, kami yakin Bapak Kiswanto dapat meningkatkan penjualan dan menarik lebih banyak pelanggan,” ujarnya.
Dengan adanya kunjungan dan dukungan dari mahasiswa KKN diharapkan usaha pelaku UMKM lokal dapat kembali bangkit dan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat luas.
Mahasiswa KKN UIN Walisongo juga berkomitmen untuk terus mendampingi para pelaku UMKM dalam menghadapi tantangan bisnis dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Kami optimis bahwa dengan kerja keras dan dukungan yang tepat seperti kunjungan rekan-rekan KKN, kami dapat mengatasi tantangan ini dan kembali berjaya seperti dulu,” pungkas Kiswanto.


