INDORAYA – Buku The Let Them Theory merupakan salah satu buku karya Mel Robbins, bestselling author dari New York Times tahun 2024.
Buku ini adalah pengembangan cemerlang dari konsep penulis yang sempat viral, dan secara tegas diiringi janji di sampulnya: “A Life Changing Tool That Millions of People Can’t Stop Talking About”.
Hal ini merujuk pada popularitas teori ini yang meledak di media sosial dan klaim bahwa prinsip ‘Biarkan Saja’ (Let Them) ini benar-benar mampu mengubah cara pandang secara mendasar.
Inti teorinya sangat sederhana dan membumi: kita didorong untuk membiarkan orang lain menjalani keberadaannya, sekaligus berhenti berupaya mengendalikan hal-hal yang memang di luar jangkauan kita.
Robbins menjelaskan bagaimana bersikap menerima—yang berbeda dari sekadar pasrah—dapat menjadi kunci untuk meraih ketenangan hidup, membangun hubungan yang sehat, dan memfokuskan energi pada diri sendiri.
Melalui kisah otobiografi, refleksi psikologis, dan contoh nyata yang didukung oleh riset dan basis data, buku ini mengajak pembaca melepaskan genggaman pada ekspektasi berlebih terhadap orang lain, demi menemukan kedamaian dalam ruang lingkup tanggung jawab pribadi.
Keunggulan buku ini terasa pada konsepnya yang sangat relevan dan aplikatif untuk dinamika kehidupan sehari-hari. Pesan intinya disampaikan dengan gaya bahasa lugas namun persuasif, menciptakan nuansa yang amat akrab dan personal.
Pembaca akan merasa seolah sedang berdialog santai dengan seorang kawan, didorong untuk berintrospeksi dan disuguhkan narasi pengalaman secara langsung, menjadikan buku ini interaktif.
Robbins memperkaya pembahasan dengan banyak menceritakan pengalaman pribadi dan secara gamblang memaparkan metode implementasi teori yang menjadi ciri khasnya sendiri.
Struktur bab-nya pun sangat terorganisir, seakan mengikuti alur pikiran dan menjawab pertanyaan ‘bagaimana jika’ (what if) yang mungkin timbul di benak pembaca setelah menamatkan setiap bab, memberikan alur berpikir yang detail dan komprehensif. Semua kualitas ini secara kolektif memberikan dampak emosional yang kuat dan otentik bagi kesejahteraan mental pembaca.
Meskipun demikian, buku ini memiliki beberapa sisi yang bisa diperdebatkan. Bagi pembaca yang mencari kedalaman kerangka teoritis, konsepnya mungkin terasa terlalu sederhana atau ringkas.
Karena cakupan bahasannya cukup luas, sebagian pembaca merasa beberapa bab menjadi kurang relevan atau terasa melenceng dari topik utama yang tengah dibahas.
Selain itu, adanya kalimat yang repetitif atau pengulangan ide di beberapa bagian dapat menurunkan tempo baca, membuat buku ini lebih cocok untuk bacaan ringan non-akademis.
Sebagai penutup, buku ini sangat tepat bagi individu yang sedang berjuang melawan keinginan untuk mengendalikan setiap aspek kehidupan.
The Let Them Theory bukanlah buku panduan teknis yang kaku, melainkan pengingat yang tulus untuk menghentikan paksaan agar dunia berjalan sesuai keinginan pribadi.
Setelah menuntaskan The Let Them Theory, pembaca akan merasakan satu perubahan fundamental: pergeseran alokasi energi mental.
Alih-alih menghabiskan waktu dan emosi untuk menganalisis, mencemaskan, atau mencoba mengubah keputusan, perilaku, atau emosi orang lain, pembaca disalurkan untuk mengarahkan fokus sepenuhnya ke dalam diri sendiri.
Hasil yang paling terasa adalah perolehan kedamaian batin yang nyata, kemampuan untuk menetapkan batasan diri (boundary) tanpa rasa bersalah, dan pembebasan signifikan dari beban ekspektasi yang selama ini terasa memberatkan.
Buku ini berhasil menanamkan pola pikir bahwa menerima kenyataan orang lain apa adanya adalah tindakan paling kuat dari self-care.


