INDORAYA – Dalam aktivitas sehari-hari, terutama aktivitas luar jaringan seperti menjalani belanja online, menggunakan panduan transportasi, mengakses media sosial, sampai mengurus dokumen sekolah maupun pekerjaan; keamanan data digital menjadi hal penting yang sering terabaikan.
Jejak digital itu menyimpan nama, alamat, nomor handphone, bahkan informasi keuangan. Namun banyak orang yang berkepentingan untuk meminimalisir risiko yang menghadang, terutama risiko yang menyangkut keamanan kebocoran data.
Dalam data yang dirilis Kaspersky, selama tahun 2024 di Indonesia sudah 36 juta serangan siber yang berhasil diblokir. Selain itu, selama empat tahun terakhir, Indonesia juga mengalami kebocoran 94,22 juta data. Dapat dilihat bahwa kepentingan keamanan data ini bukan di teknis, namun lebih kepada kepercayaan dan selera publik.
Keamanan data digital yang tidak dijaga dengan baik bisa berakibat serius. Data yang dicuri dapat digunakan untuk melakukan penipuan, mencuri identitas seseorang, dan mengakses rekening bank secara ilegal.
Misalnya, ketika informasi kartu kredit seseorang terganggu, pemiliknya bisa kehilangan uang hampir seketika. Organisasi, tentu saja, kehilangan kepercayaan pelanggan. Bagi bisnis, pelanggaran data bisa menjadi bencana. Pelanggan akan meninggalkan Anda, terutama jika Anda membiarkan pelanggaran kepercayaan terjadi sekali pun.
Di Amersika Serikat saja, pada kuartal ketiga tahun 2024, terdapat sebanyak 93,74 juta akun yang terekspos. Di Indonesia, selama kuartal keempat tahun 2024, ada 3,9 juta serangan berbasis web yang berhasil diblokir. Ini bukan jumlah kecil dan menunjukkan bahwa serangan digital yang terkoordinasi masih berlangsung.
Sayangnya, baik individu maupun organisasi masih meremehkan perlunya pengamanan data. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa data mereka tidak terlalu berharga, sementara yang lain berpikir bahwa kata sandi sederhana sudah cukup.
Pada kenyataannya, kata sandi yang lemah dan berbagi akses yang berlebihan adalah kerentanan terbesar bagi seorang penjahat siber. Masalah ini semakin diperparah oleh regulasi dan standar keamanan yang masih lemah. Inilah alasan mengapa keamanan data sering dianggap sepele, bahkan ketika konsekuensinya sangat katastrofik.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Kunci pertama, pengamanan data dengan enkripsi saat dipindahkan jalur. Menggunakan enkripsi langkah pertama dilakukan untuk mengamankan data.
Kedua, menerapkan Multi-Factor Authentication (MFA), sehingga login tidak dapat dilakukan hanya dengan kata sandi. Ketiga, melakukan audit secara rutin untuk mendeteksi secara dini aktivitas yang mencurigakan.
Keempat, meningkatkan kesadaran pengguna, contohnya tentang bahaya phishing, serta pentingnya password yang kuat. Terakhir, meningkatkan regulasi pemerintah yang memberikan sanksi kepada pihak yang tidak mengamankan data.
Dari semua bukti dan data yang ada, kita dapat mengukur seberapa penting dan seberapa besar dampak sebuah data yang tidak terjaga. Risiko, keamanan, dan keselamatan yang tidak terukur sebuah data dapat berakibat pada hilangnya privasi dan kepercayaan.
Menurut saya, keamanan data adalah soal lintas batas, di mana semua pihak berkontribusi, mulai dari pengguna yang lebih berhati-hati, perusahaan, dan pemerintah yang seharusnya menyiapkan regulasi.
Kejadian kebocoran data yang menyangkut jutaan pengguna adalah bukti yang nyata dan jangan diabaikan. Kejadian tersebut seharusnya dapat dan harus memicu kita. Identitas kita dan semua yang berkaitan dengan kita.
Dari semua bukti dan data yang ada, kita dapat mengukur seberapa penting dan seberapa besar ada di data dan ditransaksikan secara digital. Oleh karena itu, kita harus lebih waspada dan menjaga ketat semua data. Untuk itu, kita semua berhak dan seharusnya dapat beraktivitas di dunia ini secara tenang dan dilengkapi semua data yang terjaga dengan baik.


