INDORAYA – Sejumlah daerah di Jawa Tengah tetap diguyur hujan deras pada Rabu (29/1/2025) dan Kamis (30/1/2025) meski ada operasi modifikasi cuaca yang diterapkan. Bahkan sembilan daerah di Jateng terdampak bencana pada hari tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Jateng sejak Rabu (29/1/2025) hingga hari ini untuk meredam dampak cuaca ekstrem.
Namun cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang tetap saja terjadi di Kabupaten Kendal, Demak, Jepara, Kudus, Pekalongan, Banjarnegara, Semarang, Grobogan, dan Kota Semarang.
Bahkan hal itu menyebabkan terjadinya bencana banjir, tanah longsor, dan kejadian lain yang merugikan. Dari kejadian ini, satu orang tewas satu orang hilang, lima orang mengalami luka, dan 12 rumah dilaporkan rusak ringan hingga berat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan membenarkan bahwa cuaca ekstrem pada hari Rabu dan hari ini membuat sejumlah daerah dilanda bencana.
Sampai siang ini, pihaknya bersama TNI/Polri serta relawan kebencanaan masih fokus pada penyelamatan, penanganan dan asesmen.
“Dan untuk penanganan kita sebenarnya sudah lakukan rekayasa cuaca di laut Jawa dari Rabu (29/1/2025), rencana tiga hari, berakhir Jumat (31/1/2025) besok,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Kamis (30/1/2025).
Dikatakannya, TMC ini sebenarnya dilakukan tanpa kendala dengan dua penerbangan menggunakan pesawat Cessna. Namun, pertumbuhan awan yang luar biasa membuat curah hujan di Jateng sulit dikendalikan.
“Tumbuhnya awan luar biasa, sampai bergeser ke daerah Jepara dan Kudus. Dan memang sudah diprediksi, karena cuaca berdasarkan prakiraan BMKG akan arah jalan ke timur, Tetapi minimal, kami bisa mengerem. Contoh di Kota Semarang, ada dampak tapi tidak banjir,” kata Bergas.
Pihaknya mengeklaim operasi modifikasi cuaca yang dilakukan berjalan efektif menekan dampak bencana di Jateng. Meskipun sejak Rabu, hujan lebat disertai angin kencang ini telah mengakibatkan banjir, tanah longsor sampai angin puting beliung di sembilan kabupaten/kota.
“Kita sudah melakukan OMC (operasi modifikasi cuaca) ini bukan sekali dua kali, tetapi beberapa kali. Hanya saja, gumpalan awannya terlalu luar biasa,” ungkap dia.
Saat ditanya apakah TMC ini bakal diperpanjang hingga Februari, dia belum bisa memastikan. Meskipun BMKG telah memprediksi bahwa cuaca ekstrem bakal terjadi sampai awal Februari.
“Tentunya berdasarkan permintaan dan ketersediaan waktu, karena hampir semua wilayah gunakan [TMC], tidak hanya Jateng. Jadi lihat kondisi cuaca, bila memungkinkan, akan perpanjang, bila dirasa sudah cukup aman, saya kira tidak diperpanjang,” beber Bergas.