INDORAYA — Krisis lingkungan yang kian terasa di berbagai daerah Jawa Tengah, mulai dari kekeringan, banjir bandang, hingga kebakaran hutan, menjadi peringatan serius bagi semua pihak untuk tidak lagi bersikap pasif. Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko, menegaskan bahwa penyelamatan lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kolektif seluruh lapisan masyarakat.
Menurutnya, dampak perubahan iklim sudah mulai nyata di wilayah Jawa Tengah. Beberapa daerah di pesisir selatan mengalami abrasi dan banjir rob, sementara kawasan tengah seperti Magelang dan Wonosobo menghadapi ancaman longsor akibat degradasi hutan.
“Kita sering berpikir krisis lingkungan itu tanggung jawab dinas kehutanan atau lembaga lingkungan,” ungkapnya.
“Padahal, setiap perilaku kecil manusia berkontribusi pada kondisi bumi. Jadi jawabannya adalah kepedulian kolektif, bukan sekadar program,” imbuhnya.
Heri menilai, tanpa kesadaran kolektif, berbagai program reboisasi dan penataan lingkungan hanya akan berjalan di permukaan.
Ia menekankan bahwa kolaborasi antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah daerah menjadi fondasi utama dalam menjaga keseimbangan ekologi di tengah tekanan pembangunan.
“Masyarakat harus jadi bagian dari solusi. Mulai dari pengelolaan sampah rumah tangga, hemat air, hingga ikut dalam kegiatan penghijauan. Pemerintah daerah dan sektor swasta pun harus berkomitmen membangun dengan prinsip keberlanjutan,” katanya.

Politikus Partai Gerindra itu juga menyoroti masih lemahnya sistem edukasi lingkungan di sekolah. Menurutnya, pendidikan lingkungan harus dimasukkan secara kontekstual dalam kurikulum daerah. Hal ini agar anak-anak memahami bahwa menjaga bumi bukan kewajiban tambahan, tapi bagian dari cara hidup.
“Kalau anak-anak tumbuh dengan kesadaran ekologis, maka mereka tidak akan mudah membuang sampah sembarangan atau menebang pohon tanpa reboisasi. Kita butuh generasi yang punya empati ekologis, bukan hanya pengetahuan teoretis,” tegasnya.
Selain edukasi, Heri juga mendorong pemerintah provinsi memperkuat program adaptasi perubahan iklim dengan melibatkan komunitas lokal.
Menurut Heri, krisis lingkungan sejatinya adalah krisis kesadaran manusia terhadap batas-batas alam. Karena itu, kepedulian kolektif harus tumbuh dari nilai-nilai gotong royong yang sudah lama menjadi karakter masyarakat Jawa Tengah.
“Kalau dulu gotong royong dilakukan untuk bangun rumah tetangga, sekarang harus dilakukan untuk menyelamatkan bumi bersama. Ini bukan isu global semata, tapi tanggung jawab moral kita sebagai manusia,” pungkasnya. [Adv]


