INDORAYA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkap bahwa wilayah Pantai Utara (Pantura) rawan bencana banjir sementara wilayah pegunungan tengah rawan tanah longsor.
Kepala BPBD Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, sejak September 2024, Jateng memasuki musim hujan. Oleh sebab itu, pemerintah daerah di 35 kabupaten/kota diminta waspada terkait potensi banjir, longsor, dan angin kencang.
“Prakiraan BMKG mulai September-November sudah masuk di musim hujan, di mana puncaknya nanti di Februari, nanti kita akan beralih musim lagi disekitaran April-Mei,” katanya, belum lama ini.
Dia melanjutkan, berdasarkan pemetaan BPBD Jateng, daerah rawan bencana longsor berada di pegunungan tengah dan sekitar pegunungan atau pebukitan. Kemudian daerah dataran rendah seperti Pantura memiliki potensi bencana rob sampai banjir.
“Sering longsor di daerah pegunungan. Banjir daerah kota-kota di daerah Pantura, itu jelas Pantura Utara, Pansela, itu daeah punya potensi banjir. Tapi kalau yang tengah kota-kota yang di daerah Tengah, Jawa Tengah, punya potensi longsor,” ungkap Bergas.
Lebih lanjut, pihaknya meminta masyarakat untuk selalu waspada, mengetahui peta daerah masing-masing, serta karakteristik bencana. Tujuannya yakni bila terjadi bencana, masyarakat tahu apa yang harus dilakukan saat menghadapinya.
“Saatnya untuk bersiap dengan apa yang harus dilakukan, entah itu penyelamatan harta benda di wilayah banjir. Kalau longsor, tidak tinggal di ruang dekat titik atau dinding longsor. Apabila hujan deras berdurasi panjang, segera bergeser dahulu. Terus talang air itu menciptakan longsor di permukiman,” ucap dia.
Sementara BMKG Stasiun Ahmad Yani Semarang memprediksi cuaca ekstrem akan melanda 35 kabupaten/kota secara merata mulai 12 hingga 18 Desember 2024.
Hal ini disebabkan oleh gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) dan bibit siklon tropis di Selatan pulau Jawa dan Nusa Tenggara yang menyebabkan pembentukan wilayah pertemuan massa udara dan belokan angin di Jawa Tengah.
“Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan awan konvektif [awan Cumulunimbus] yang berpotensi menyebabkan curah hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah,” kata Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang.
Pihaknya meminta warga tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi. Selain itu penting untuk selalu memantau perkembangan cuaca terkini melalui website maupun media sosial BMKG.
“Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di wilayah rawan bencana dihimbau untuk terus waspada dan siaga terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak yang dapat terjadi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, sambaran petir, dan pohon tumbang,” ucap dia.