INDORAYA – Indonesia kembali menghadapi ancaman serius dari penyakit demam berdarah dengue (DBD). Hingga 28 Oktober 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan terdapat 131.393 kasus dengan 544 kematian akibat dengue di berbagai daerah di Tanah Air.
“Data ini menunjukkan bahwa dengue masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan membutuhkan kewaspadaan yang berkelanjutan,” kata Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, Prima Yosephine, saat menghadiri media briefing bertajuk “Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue” yang digelar oleh Takeda Pharmaceuticals bersama Kemenkes, di Jakarta, Minggu (2/11/2025).
Menurut Prima, Kemenkes tetap berkomitmen untuk mencapai target nasional dan global ‘Zero Dengue Deaths 2030’. Namun, ia menegaskan bahwa target tersebut tidak akan tercapai tanpa kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah, akademisi, komunitas, hingga dunia usaha.
“Kita perlu mempercepat inovasi, memastikan akses yang adil terhadap solusi pencegahan, serta membangun ketahanan masyarakat agar setiap orang Indonesia dapat hidup bebas dari ancaman dengue,” kata dia.
Risiko Berat pada Pasien Dewasa dan Penderita Komorbid
Penasihat Satgas Imunisasi PAPDI, Samsuridjal Djauzi, menjelaskan bahwa infeksi dengue tidak hanya menyerang anak-anak, tetapi juga bisa menyebabkan komplikasi berat pada orang dewasa, terutama yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
“Pasien dengan hipertensi dapat mengalami kondisi 2-3 kali lebih berat, pasien obesitas 1,5-2 kali, diabetes 3-5 kali, bahkan pada gangguan ginjal kronis bisa mencapai hingga tujuh kali lipat,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa infeksi dengue juga memberikan dampak nyata terhadap produktivitas kerja. Berdasarkan studi terhadap 45 karyawan pada 2018–2020, penderita dengue rata-rata harus absen selama enam hari kerja, dan dua dari tiga orang masih mengalami kelelahan selama beberapa minggu setelah sembuh.
“Jika seseorang kembali terinfeksi dengue, risiko terjadinya dengue berat meningkat signifikan,” kata Samsuridjal.
Data Kemenkes menunjukkan bahwa dalam tujuh tahun terakhir, kelompok usia 5–14 tahun secara konsisten menjadi penyumbang angka kematian tertinggi akibat dengue, bahkan mencapai 41 persen pada tahun 2025.
Sementara itu, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Hartono Gunardi, menjelaskan bahwa anak-anak tetap menjadi kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue berat.
“Pada 2024, sekitar 43 persen kasus dengue terjadi pada usia di bawah 14 tahun, dan lebih dari separuh kematian terjadi di kelompok 5-14 tahun,” kata dia.
Hartono menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap fase kritis dengue, yang umumnya terjadi pada hari keempat hingga kelima demam.
“Demam yang turun pada hari keempat bukan berarti sembuh 100 persen. Orang tua perlu waspada bila anak tampak lemas, pucat, kaki dingin, atau nyeri perut hebat, segera bawa ke fasilitas kesehatan,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa hingga kini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan dengue. Karena itu, pencegahan tetap menjadi langkah paling efektif, mulai dari program 3M Plus, menjaga kebersihan lingkungan, hingga vaksinasi untuk anak usia empat tahun ke atas yang memenuhi syarat.


