INDORAYA – Rektor Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Sri Suciati, mengukuhan sebanyak 405 mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan sebagai guru profesional. Pengukuhan ini berlangsung di Gedung Balairung UPGRIS, Sabtu (4/10/2025).
Rektor Sri Suciati menjelaskan, mahasiswa PPG Prajabatan merupakan lulusan baru (fresh graduate) yang belum berstatus sebagai guru. Mereka disiapkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik, baik di Jawa Tengah maupun di seluruh Indonesia.
“Mudah-mudahan mereka segera dapat mengisi kekurangan guru di Jawa Tengah dan bahkan di Indonesia,” ujarnya saat ditemui Indoraya.news di sela-sela acara pengukuhan.
Ratusan mahasiswa tersebut sebelumnya telah menempuh perkuliahan tatap muka selama dua semester, yang seluruh biayanya ditanggung oleh pemerintah.
Mereka juga menjalani praktik mengajar di sekolah-sekolah mitra yang telah ditetapkan panitia.
Selain PPG Prajabatan, UPGRIS juga menyelenggarakan PPG Dalam Jabatan (Daljab) bagi guru aktif yang belum memiliki sertifikat pendidik. Saat ini, terdapat sekitar 3.500 mahasiswa PPG Daljab yang sedang menempuh program tersebut.
“Kami berharap pemerintah dapat menuntaskan sertifikasi bagi guru-guru yang sudah lama mengajar namun belum memiliki sertifikat pendidik. Insyaallah tahun ini bisa selesai, sehingga tahun depan fokus pada peserta PPG Prajabatan,” terang Suci.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa UPGRIS tidak hanya memberikan pembekalan sesuai kurikulum pemerintah, tetapi juga menanamkan pendidikan karakter kepada seluruh mahasiswa PPG.
“Karakter merupakan hal paling pokok bagi seorang guru. Mereka harus menjadi teladan, bisa digugu dan ditiru. Karena itu, pembentukan karakter menjadi bagian penting dalam proses perkuliahan,” jelasnya.
Selain itu, UPGRIS menanamkan nilai Adab UPGRIS kepada para mahasiswa, yakni adaptif, antusias, dan berintegritas sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan zaman dan kemajuan teknologi pembelajaran.
“Guru harus adaptif, selalu update, melaksanakan tugas dengan antusias, dan yang paling penting memiliki integritas. Tanpa integritas, antusiasme dan kemampuan adaptif tidak ada artinya,” tegasnya.
Suci juga menambahkan, para calon guru dibekali kesiapan mental menghadapi realitas profesi dan tanggung jawab besar sebagai pendidik.
“Mereka sudah paham bahwa menjadi guru kadang harus siap disalahkan ketika terjadi masalah dengan siswa. Karena itu, kami berharap seluruh lulusan benar-benar memiliki panggilan jiwa sebagai pendidik,” pungkasnya.