INDORAYA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) telah memetakan lahan terbuka dan hutan seluas 963.331 hektare rawan mengalami kebarakan memasuki musim kemarau 2024.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jateng, Muhamad Chomsul berkata, pemetaan resiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat ini telah disusun. Dari total 963.331 hektare lahan itu tersebar secara merata di 35 kabupaten/kota.
“Jadi dari pemetaan zonasi kebakaran hutan dan lahan hampir mencakup seluruh kabupaten kota. Tetapi memang ada klaster-klaster yang kami bagi menjadi zona rawan tinggi, rawan sedang dan rawan rendah,” katanya saat dihubungi, belum lama ini.
Menurutnya, wilayah yang masuk kategori resiko tinggi karhutla dengan cakupan lahan yang luas antara lain Kabupaten Cilacap, Karanganyar, Rembang, Jepara, Pemalang dan Tegal.
“Itu daerah ancaman tinggi dari sisi karhutla. Yang luasan lahanya juga tinggi. Termasuk juga Wonosobo karena lahan hutannya sangat luas,” imbuh Chomsul.
Selanjutnya kabupaten yang berada pada resiko karhutla dengan skala sedang ialah Banjarnegara, Kebumen, Sukoharjo, Kudus, Semarang dan Temanggung.
Untuk wilayah yang masuk kategori resiko karhutla skala rendah saat ini sedang dikaji ulang oleh BPBD Jateng. Pasalnya Kabupaten Klaten yang terpetakan berada di zona rendah justru secara kewilayahan memiliki zona luasan hutan yang luas.
“Yang rendah malah ada di Klaten tapi pada kenyataannya bertolak belakang karena pas ada siklus El Nino justru kejadian karhutla di sana sangat tinggi. Makanya perlu dievaluasi,” ungkapnya.
Chomsul berkata, dibandingkan tahun lalu, potensi terjadinya karhutla di Jateng cenderung rendah karena bersamaan dengan fenomena bediding. Selain itu juga dipengaruhi kelembapan udara dan tingkat kekeringan suhu udara di suatu wilayah.
“Resiko tahun ini lebih rendah ketimbang tahun kemarin. Karena cuaca dan pengaruh kekeringannya beda. Tetapi musti dibarengi dengan antisipasi karena pasti tetap resiko kebakaran. Apalagi situasinya sekarang sudah masuk kemarau. Tapi kondisinya kemarau basah. Ada juga fenomena bediding,” tuturnya.
Oleh sebab itu BPBD Jateng berharap bagi pemukiman yang masih diguyur hujan sebaiknya mendirikan bak penampung air hujan. Kemudian warga yang beraktivitas di luar rumah harus senantiasa menjaga kesehatan.
“Karena daya tahan tubuh yang tidak kuat bisa mempengaruhi imunitas. Maka perlu jaga kesehatan. Yang tahu kelemahan tubuh kita ya kita sendiri,” imbuh Chomsul.