INDORAYA – Kekalahan telak PSIS Semarang dari Persiku Kudus dengan skor 0-4 di Stadion Jatidiri, Minggu (14/9/2025) malam, meninggalkan evaluasi serius bagi skuad Laskar Mahesa Jenar.
Pelatih PSIS Semarang, Kahudi Wahyu, secara terbuka mengakui bahwa lini belakang timnya tampil kurang solid dan menjadi titik lemah yang dimanfaatkan lawan. Terlebih, pemain yang diturunkan didominasi oleh pemain muda.
Dalam keterangannya usai pertandingan, Kahudi menyebut bahwa meski secara umum laga berjalan lancar dan tanpa insiden, hasil akhir mencerminkan banyaknya pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi tim.
“Saya ucapkan puji syukur sebesar-besarnya pertandingan lancar, tidak ada pemain cedera, tidak ada kerusuhan. Kedua, pertandingan awal memang berat, apalagi squad kita banyak pemain muda,” ujarnya dalam sesi konferensi pers usai laga.
Kahudi juga menyoroti insiden penalti yang menjadi awal kebobolan PSIS. Menurutnya, momen tersebut menjadi pemicu menurunnya fokus dan performa anak asuhnya.
“Saya menilai di awal babak itu pertandingan berjalan normal, tapi ada satu kejadian yang menyebabkan pinalti, saya pikir itu yang menjadi pemicu,” ucap dia.
Lebih jauh, ia mengakui bahwa pertahanan PSIS Semarang memang belum menunjukkan performa yang solid di laga perdana ini. Namun ke depan pihaknya akan melakukan evaluasi dan perbaikan.
“Saya melihat memang lini belakang agak rapuh. Ya, itulah sepak bola. Yang terpenting, hari ini ada banyak catatan yang harus dievaluasi,” tegasnya.
Sementara itu, pemain belakang PSIS Semarang, Syiha Buddin, menyampaikan permintaan maaf kepada para pendukung setia Mahesa Jenar atas kekalahan memalukan yang diderita timnya.
“Kami mengucapkan minta maaf kepada pendukung PSIS karena hari ini kami tidak menang. Kami akan memperbaiki dan evaluasi untuk pertandingan selanjutnya,” ucap pemain berusia 24 tahun ini.
Dengan hasil ini, PSIS Semarang harus segera berbenah jika ingin bersaing di kompetisi Championship 2025-2026. Jadwal padat dan ketatnya persaingan membuat evaluasi cepat dan pembenahan strategi menjadi hal yang tak bisa ditunda.


