INDORAYA – Mayura Institute bersama Hore Heroes dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Berbasis Mahasiswa (LKS-BMh) memfasilitasi kegiatan pelatihan investasi dan pengembang wirausaha berbasis santri di PPPA Ar-Rodiyah Semarang, Sabtu (1/11/2025).
Tujuan pelatihan tersebut untuk meningkatkan kesadaran menabung untuk para anak yatim piatu jenjang SMP-SMA dengan cara memulai menentukan tujuan menabung, yang selanjutnya membuka peluang memulai investasi secara sederhana.
Pelatihan ini dilatarbelakangi oleh tantangan pengelolaan keuangan di masa Covid-19 yang berdampak pada ketersediaan fasilitas pendidikan dan penghidupan para santri. Terlebih lagi, yayasan ini terpacu untuk mengelola kebutuhan sehari-hari bagi 150 santri.
Dalam kegiaatan ini, Mayura Institue dan Hore Heroes membekali santri dengan pengetahuan praktis berupa analisis SWOT oleh Niken Ayu Winarsih dan teknik Pomodoro oleh Bartholomeus Alfa Amorrista.
Menurut Niken, keberadaan warung kelontong santri menjadi potensi untuk berwirausaha dengan dilandasi strategis berdasarkan analisis SWOT Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman).
“Analisis SWOT digunakan ketika adik-adik akan menentukan tujuan menabung untuk kelulusannya apakah memulai wirausaha sederhana berbasis santri seperti wirausaha laundry, bimbingan belajar, ataupun menjadi bekal melanjutkan pendidikan tinggi, meminimalisir pembelian pakaian demi memperbanyak membeli buku, dan sebagainya.” kata Niken.
Kegiatan ini terlaksana dengan lancar lantaran antusiasme peserta mengikuti serangkaian materi tersebut hingga games negosiasi dalam berdagang pada pukul 09.00 s.d 13.00 WIB.
Terbukti saat peserta mulai menyadari teknik Pomodoro ternyata dapat melatih kedisiplinan menabung di tengah kesibukan kegiatan di pondok, dan bersemangat menawarkan ‘modal’ yang disediakan panitia untuk berlomba-lomba menjadi si kaya.
Co-Founder Mayura Institute, Nur Zaenab mengatakan, dengan kolaborasi antar komunitas sosial mahasiswa, pihaknya menyediakan games si kaya, si miskin dan si konsumtif.
“Dari 10 amplop untuk 10 kelompok, masing-masing mendapatkan gambar uang mainan dan barang berupa tiket haji, emas, motor second, dan pakaian untuk visualisasi modal berdagang dalam durasi 30 menit,” kata dia.
Keberhasilan pelatihan ini bukan sekadar terselenggaranya acara, melainkan nilai-nilai team work, komunikasi efektif, dan rasa kekeluargaan yang terbangun lewat pendampingan oleh kakak-kakak volunteer yang telah berkenan mendaftarkan diri.
“Kami terbantu dengan para volunteer yang menjadi kakak pendamping adik-adik dalam masing-masing kelompok sehingga bonding yang berguna sebagai motivasi dan edukasi tentang kemandirian santri sejak dini,” kata Captain Hore Heroes, Fahry Maulana.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa memperluas makna ibadah bagi mahasiswa tidak selalu harus dilakukan secara individu, melainkan melalui sinergi dan kolaborasi dalam mewujudkan visi-misi komunitas sosial.
Dengan menyatukan niat dan langkah, mahasiswa dapat menghadirkan manfaat yang nyata bagi sesama, khususnya bagi adik-adik yatim piatu yang membutuhkan dukungan dan inspirasi.
Melalui kegiatan edukatif seperti ini semangat berbagi, empati, dan tanggung jawab sosial yang tumbuh bersama menjadikan ibadah tidak berhenti pada ritual, melainkan berlanjut dalam aksi nyata yang menebar keberkahan.


