INDORAYA – Mercy Corps Indonesia, dengan dukungan dari Z Zurich Foundation, secara resmi meluncurkan kemitraan multisektoral di Hotel Gumaya, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (5/5/2025).
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan masyarakat pesisir Jawa Tengah terhadap dampak perubahan iklim dan risiko banjir.
Kemitraan ini melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta pemerintah kota dan kabupaten di Pekalongan, Semarang, Demak, Grobogan, dan Salatiga. Selain itu, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan perwakilan komunitas lokal turut berperan dalam pelaksanaan program ini.
Pemangku kepentingan nasional, seperti Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Kebijakan Fiskal, serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, juga turut mendukung penguatan kebijakan dan koordinasi lintas sektor.
Peluncuran program ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, Direktur Eksekutif Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis, Head of Z Zurich Foundation, Gregory Renand, serta Country Manager Zurich Insurance Group Indonesia, Edhi Tjahja Negara.
Banjir rob masih menjadi masalah besar di pesisir utara Jawa Tengah. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kupang yang melintasi Kota dan Kabupaten Pekalongan, kerugian akibat banjir pada 2020 tercatat mencapai Rp1,55 triliun. Secara keseluruhan, kerugian akibat bencana dan kerusakan lingkungan selama periode 2020–2024 diperkirakan mencapai Rp14,9 triliun.
Sektor pertanian, perikanan budidaya, dan permukiman menjadi yang paling terdampak, dengan ribuan rumah tergenang dan lahan produktif hilang.
Untuk menghadapi tantangan ini, Program Zurich Climate Resilience Alliance (ZCRA) di Indonesia menawarkan pendekatan yang komprehensif. Program ini fokus pada penguatan ketahanan masyarakat melalui kebijakan iklim berbasis lanskap, tata kelola kerugian dan kerusakan yang lebih baik, serta penerapan solusi iklim terintegrasi yang berdampak jangka panjang.
“Masyarakat lokal berada di garis depan dalam menghadapi dampak perubahan iklim, sehingga pendekatan berbasis komunitas sangat penting. Peluncuran ZCRA hari ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ketahanan terhadap risiko iklim,” ujar Ade Soekadis.
Ia juga menambahkan bahwa penanganan banjir dan dampak perubahan iklim tidak bisa dilakukan secara sektoral. “Kita perlu strategi lintas wilayah karena banjir tidak terbatas pada satu daerah. Kolaborasi lintas batas administratif menjadi kunci,” tambahnya.
Program ZCRA akan mendorong kebijakan berbasis bukti ilmiah dan praktik lapangan, serta mempromosikan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menekankan bahwa perubahan iklim harus ditangani dengan pendekatan yang proaktif dan lintas sektor.
“Banjir bukan hanya soal curah hujan ekstrem, tapi juga dampak dari tantangan pembangunan. Kita perlu strategi transformasional, bukan hanya reaksi sesaat,” kata Gus Yasin, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Gregory Renand dari Z Zurich Foundation menyatakan komitmennya untuk membantu komunitas di berbagai negara, termasuk Indonesia, dalam menghadapi risiko iklim.
“Meski tiap komunitas memiliki kebutuhan berbeda, visi kami tetap sama: membangun dunia yang lebih tangguh menghadapi perubahan iklim,” ujarnya.
Edhi Tjahja Negara dari Zurich Insurance Group Indonesia menambahkan bahwa kolaborasi dengan komunitas lokal menjadi dasar dari upaya membangun ketahanan.
“Sebagai penyedia asuransi bagi lebih dari 2,6 juta pelanggan di Indonesia, kami mendukung solusi jangka panjang berbasis keberlanjutan,” tuturnya.
Ke depannya, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah akan menjadi fondasi dalam mendorong kebijakan berbasis lanskap dan lintas wilayah untuk mengatasi tantangan iklim yang semakin kompleks.


