INDORAYA – Menyambut datangnya Hari Raya Idulfitri 1444 H/2023 M, Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng) mengajak seluruh umat Islam agar menjadikan hal tersebut sebagai momentum untuk membangun perdamaian dan memperkuat kerukunan.
Ketua PW Muhammadiyah Jateng KH Tafsir memandang bahwa Idulfitri bukan hanya sekedar hari dibolehkannya berbuka puasa setelah satu bulan di bulan Ramadan umat Islam menahan lapar dan dahaga.
“Idulfitri kan tidak hanya sekadar kita kembali boleh berbuka, boleh tidak berpuasa, tapi kembali suci, kembali menjadi manudia bersih. Dan Insyaallah kita diampuni setelah ibadah Ramadan,” ujarnya saat dihubungi Indoraya.news melalui panggilan WhatsApp, belum lama ini.
Menurut Tafsir, bulan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan dan penuh kebahagiaan. Sementara Idulfitri adalah bulan di mana manusia kembali suci di hadapan Allah SWT. Namun manusia masih belum bersih jika tidak saling meminta maaf terhadap sesama.
“Maka Idulfitri adalah hari di mana kita kembali ke asal kejadian, kembali suci. Maka suci kepada Allah belum cukup tanpa bersih kepada sesama manusia. Makanya ada halal bi halal,” ungkap dosen UIN Walisongo Semarang tersebut.
Lebih lanjut, PW Muhammadiyah Jateng mengajak seluruh umat Islam untuk saling maaf-memaafkan. Tafsir juga berpesan untuk menjadikan Hari Raya Idulfitri ini sebagai momentum membangun perdamaian dan memperkuat kerukunan antar sesama manusia.
“Idulfitri adalah hari kebersamaan, maka kita saling minta maaf, kita bangun perdamaian, kerukunan, dan kebersamaan. Idulfitri adalah hari penuh perdamaian, kerukunan, dan kebersamaan,” ungkap Tafsir.
Menanggapi perbedaan Hari Idulfitri dengan NU dan pemerintah, PW Muhammadiyah Jateng berharap agar seluruh umat Islam bisa saling menghormati dan bersikap toleran. Menurutnya, masyarakat sudah semakin dewasa dalam beragama.
Selain itu, Tafsir juga meminta kepada seluruh jemaah Muhammadiyah di Jateng supaya tidak gegap gempita dalam merayakan Idulfitri pada hari ini. Pihaknya menyarankan open house dilakukan pada Sabtu 22 April 2023 di saat umat Islam lainnya sudah merayakan Idulfitri.
“Harus saling memahami dan saling toleransi. Dan toh masih sama-sama satu bulan puasanya, satu bulan bisa 29 hari bisa juga 30 hari. Ini bukan hal baru karena sudah sering, saya kira masyarakat sudah sangat paham. Mereka meyakini dan itu akan diamalkan,” ucap Tafsir.


