INDORAYA – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Bunda Forum Anak Nasional (FAN) Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, mendukung program pesantren ramah anak yang saat ini tengah digalakkan di Jateng.
Untuk mewujudkan pesantren ramah anak, Nawal menekankan pentingnya membangun budaya inklusif di lingkungan pesantren. Hal ini untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai, dan tidak membeda-bedakan antarsantri.
“Pesantren ramah anak prinsipnya adalah dipastikan bahwa pesantren itu memprioritaskan kepentingan anak sendiri,” kata dia, seusai menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Gedung Kanzus Sholawat Habib Luthfi Kota Pekalongan, Minggu (5/10/2025).
Nawal mengatakan, saat ini sudah banyak stakeholder yang bergerak untuk mewujudkan pesantren ramah anak di Jawa Tengah. Di antaranya yakni Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama, serta UNICEF.
Menurutnya, keterlibatan semua pihak sangat penting dalam menciptakan lingkungan pesantren yang aman dan nyaman. Sehingga, para santri dapat terhindar dari perundungan maupun kekerasan.
Prinsip pesantren ramah anak, kata Nawal, juga harus memastikan tidak ada diskriminasi. Menurutnya, hal itu tidak cukup dengan hanya membuat Standar Operasional Prosedur (SOP).
Dia menekankan, perlu internalisasi budaya dan nilai-nilai inklusif di lingkungan pesantren. Yakni, menanamkan sikap saling menghormati, menyayangi, tolong-menolong, serta rendah hati.
“Kita tidak hanya butuh SOP, tapi bagaimana internalisasi nilai-nilai ini betul-betul dikembangkan. Bukan hanya untuk anak, tapi juga stake holder lain, entah itu pengasuh atau pengurus, dan sebagainya,” ungkap Nawal.
Selain itu, pihak pesantren juga harus memastikan hak-hak anak terpenuhi dengan baik. Mulai dari pendidikan, kesehatan atau gizi, serta sarana dan prasarana yang layak.
“Kemudian prinsipnya anti kekerasan. Terakhir, harus ada partisipasi aktif dari anak. Libatkan mereka dalam setiap diskusi,” ucap Pengasuh Ponpes Al-Anwar Rembang ini.
Tidak hanya itu, Nawal menekankan, pencegahan terhadap kekerasan seksual juga perlu dilakukan. Dia mendorong pihak pesantren membentuk manajemen pengaduan, dan mekanisme rehabilitasi apabila terdapat korban.
“Kita harus menjadi konsultan sebaya, untuk bisa menjadi teman bagi teman yang lain,” tegas istri Wakil Gubernur Jateng tersebut.
Diketahui, pesantren ramah anak ialah salah satu program yang terus digalakkan di Jawa Tengah. Bahkan Pemprov sudah bekerja sama dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Jateng, UNICEF, dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten.
Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh Pemprov Jateng, yang dinahkodai Gubernur Ahmad Luthfi. Seperti, pembentukan pilot project pesantren ramah anak di Ponpes Al Anwar IV dan Ponpes Alhamdulillah Kabupaten Rembang. Dua pesantren tersebut sudah memiliki Satgas Anti-Bullying.
Upaya lainnya yaitu melalui sosalisasi dan edukasi. Seperti pada kegiatan Keterampilan Hidup Remaja pada Mei 2025 lalu yang diikuti oleh 200-an santri di Jawa Tengah.
Edukasi tersebut berfokus pada penguatan kapasitas santri, agar terbangun kesadaran tentang hak-hak anak. Termasuk hak untuk dilindungi dari kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, serta mendukung partisipasi anak.