INDORAYA – Suara bising knalpot motor serta debu jalanan yang pengap nan kotor, tidak sedikitpun memecah fokus Budi Setiawan. Di bawah sengatan terik mentari, pria 47 tahun itu tampak hanyut dalam dunianya sendiri. Kuas di tangan kanannya terus bergerak membentuk sayap garuda pada petak dinding seluas 5 x 2,5 meter persegi.
Siang itu, Kamis (18/8/2022), Budi begitu tenang dan hati-hati dalam mengerjakan lukisan mural di dinding bantaran Sungai Banjir Kanal Timur Kota Semarang. Kreativitas seniman asal Purbalingga ini ditunjukkan dalam ajang Lomba Mural Piala Wali Kota Semarang yang diperingati dalam rangka HUT Kemerdekaan ke-77 RI.
Dalam lomba yang dilaksanakan pada 15 hingga 25 Agustus itu, ia sedang melukis burung garuda berwarna emas yang mengepakkan kedua sayapnya. Sementara di depannya tampak seorang pemuda tengah mengibarkan bendera merah putih yang bertuliskan angka 77.
Gambar tersebut dipersembahkan Budi untuk 77 tahun perjalanan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Kalimat berbunyi “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” juga menjadi doa kecilnya untuk bangsa ini setelah dua tahun terhantam pandemi covid-19.
“Ini temanya kan memperingati kemerdekaan, saya gambar burung garuda dengan lambang emasnya. Yang artinya dalam membela dan memperjuangkan bangsa itu tidak akan pernah luntur,” katanya di tengah gaduh kendaraan motor yang melintas di Jalan Barito, Mlatiharjo, Semarang Timur.
Angin berembus menerbangkan rambut panjangnya. Budi menaruh kuasnya di tempat cat, menghentikan sejenak aktivitas melukisnya. Menghela napas pelan, menikmati sejuk udara yang datang menyisir Sungai Banjir Kanal Timur.
Kembali melanjutkan gambarnya yang hampir jadi, lelaki paruh baya yang datang dari Purbalingga sejak satu hari lalu itu beradu kreativitas dengan 149 seniman lainnya dalam Lomba Mural Piala Wali Kota Semarang.
Dari rumah ia hanya membawa bekal sebuah tas untuk wadah kuas dan beberapa cat warna yang digunakan untuk berkarya di dua kota besar di Jawa Tengah.
“Targetnya mural ini selesai dua hari, Kamis malam harus sudah selesai. Karena besok ada acara lomba lagi di Solo,” kata pria berambut gondrong dan bertubuh ringkih tersebut sembari terus menggoreskan kuasnya di dinding, Kamis (18/8/2022).
Meskipun baru satu tahun ini mulai membuat mural, ia mengaku tidak merasakan kesulitan, termasuk saat melukis burung garuda dalam lomba itu. Pasalnya membuat mural merupakan pengembangan lanjutan keterampilan melukis yang sebelumnya sering ia lakukan pada kertas dan kanvas.
Lebih jauh, Budi menceritakan bahwa dirinya secara profesional bergelut dalam industri kesenian, terutama seni rupa sejak tahun 2015. Selain melukis pada kertas dan kanvas, ia juga membuat beragam aneka patung di rumahnya.
Bahkan karya-karyanya sering ditampilkan dalam berbagai pameran, baik tunggal maupun kelompok.
“Sebenarnya ini saya ada pameran di Purbalingga, pameran tunggal. Tapi saya tinggal sementara ke sini (kota Semarang) untuk lomba,” katanya.
Dirinya mengaku tidak punya latar belakang akademik dalam bidang kesenian. Pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya saat ini didapatkan dari belajar dan berlatih secara otodidak.
Pria yang hobi menggambar sejak masih SD tersebut kini bahkan sudah memiliki galeri sendiri di Purbalingga. Karyanya yang berupa lukisan dan pahatan patung juga sekaligus menjadi ladang penghasilan yang menghidupi istri dan ketiga anaknya.
“Di seni rejekinya termasuk mujur, ga pernah sepi job. Karena saya bisa berbagai jenis seni, melukis di kanvas, buat patung, mural di tembok, bisa bikin kolam ikan pesanan,” ujarnya melepas senyum.
Ia mengakui bahwa bergelut di dunia seni memang tidaklah mudah. Berbagai dinamika mengiringi setiap perjalan dan proses kreatif. Terlebih bagi mereka yang baru mulai terjun ke gelanggan kesenian.
“Pertama-tama kadang orderan sepi, yang namanya babat alas ya seperti itu. Tapi kalau lama-kelamaan semakin banyak temen dan dikenal orang nanti juga laku sendiri,” tutur Budi menceritakan awal karirnya.
Namun setelah menjadi seniman profesional, dalam satu bulan ia pasti ikut berpartisipasi dalam lomba dan pameran. Setelah menyelesaikan mural di ajang Piala Wali Kota Semarang ini, ia akan berangkat ke Solo mengikuti perlombaan lainnya.
Selain itu, undangan untuk menyumbang karya juga sering ia dapatkan. Yang terdekat yakni pada bulan Oktober mendatang, ia termasuk salah satu dari 1000 seniman yang diminta untuk memecahkan rekor Melukis 1000 Wajah Dunia di Jakarta.
Menurut Budi, keterampilan kesenian tidak hadir begitu saja secara alami. Namun tidak ada yang tidak bisa dipelajari. Kepada generasi muda yang menggeluti kesenian, ia berpesan untuk tulus dan serius dalam belajar serta terus mengasah potensi yang dimiliki.
“Pesan untuk generasi muda, kalau memang suka dengan dunia seni jangan pernah ragu. Seni jika didalami dengan senang dan niat ikhlas insyaallah akan memberi sesuatu pada jenengan,” pesan Budi.