INDORAYA – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko menilai kolaborasi antara pelaku seni dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bisa menjadi kunci kebangkitan ekonomi kreatif daerah. Menurutnya, potensi budaya, kesenian, dan produk lokal di Jawa Tengah sangat besar, namun sering berjalan sendiri-sendiri tanpa dukungan sistem yang terintegrasi.
“Selama ini seniman bergerak di ruang ekspresi, sementara UMKM berjuang di ruang ekonomi. Padahal kalau keduanya dipertemukan, bisa lahir produk dan kegiatan kreatif yang berdampak luas bagi masyarakat,” terangnya.
Heri mencontohkan kolaborasi seperti festival seni yang melibatkan pelaku UMKM lokal, pameran kriya tradisional yang disertai kuliner khas daerah, atau promosi produk lokal melalui pertunjukan musik dan teater rakyat. Menurutnya, pendekatan seperti ini bukan hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga memperluas pasar bagi ekonomi rakyat.
“Kita bisa lihat di banyak daerah, kegiatan seni dan budaya menjadi daya tarik wisata. Nah, kalau UMKM dilibatkan dalam setiap kegiatan itu, ekonomi lokal ikut bergerak,” tambahnya.
Data Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jateng menunjukkan, subsektor ekonomi kreatif seperti kuliner, kriya, dan fesyen menyumbang lebih dari 7% PDRB daerah pada 2024. Namun, sebagian besar pelaku UMKM kreatif masih menghadapi kendala akses modal, pemasaran, dan kolaborasi lintas sektor.

Heri mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi inkubator kolaborasi seni dan ekonomi rakyat. Misalnya dengan menghadirkan ruang pamer permanen di kota-kota besar serta pelatihan desain dan digitalisasi bagi pengrajin dan seniman lokal.
“Seniman punya daya cipta, UMKM punya daya produksi. Kalau ini disatukan, kita akan punya produk yang bukan hanya laku, tapi juga punya nilai budaya tinggi,” tegasnya.
Selain itu, ia menilai pentingnya dukungan dari sektor swasta dan perguruan tinggi dalam memperkuat ekosistem ekonomi kreatif daerah. Menurut Heri, model triple helix – kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha – bisa diterapkan secara lebih inklusif di tingkat kabupaten/kota.
Heri juga mengingatkan agar penguatan ekonomi kreatif tidak terjebak dalam kegiatan seremonial semata. Ia menegaskan pentingnya keberlanjutan program dan pemberdayaan komunitas.
“Bukan hanya menggelar festival, tapi memastikan seniman dan UMKM punya ruang tumbuh sepanjang tahun. Pemerintah daerah harus hadir sebagai fasilitator, bukan hanya penyelenggara acara,” ujarnya.
Menurutnya, kebangkitan ekonomi kreatif akan sangat bergantung pada bagaimana masyarakat memandang seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan sekadar hiburan.
“Seni itu bukan pelengkap, tapi penggerak. Kalau digandeng dengan ekonomi rakyat, ia bisa jadi sumber kesejahteraan dan kebanggaan daerah,” pungkas Heri.