INDORAYA – Sebanyak 43 bhikkhu yang menjalani perjalanan spiritual thudong telah meninggalkan Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pada Kamis (16/5/2024) pagi.
Sebelum meninggalkan Kota Semarang, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu melepas rombongan bhikkhu thudong yang akan melanjutkan perjalanan untuk menyambut Tri Suci Waisak 2568 BE/2024 Masehi di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.
Diketahui, puluhan bhikkhu thudong berasal dari sejumlah negara yakni Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapura tiba di Ibu Kota Jawa Tengah pada Rabu (15/5/2024) malam. Saat itu, mereka langsung menginjakan kakinya di Vihara Buddha Dipa, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati.
Dari Vihara Buddha Dipa, para bhikkhu bermalam di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Bukit Kassapa, Pudakpayung, Banyumanik, setelah menyusuri hutan dan menyeberangi Kaligarang sejauh 1 kilometer.
Di Vihara Sima, mereka melakukan bersih-bersih diri hingga puja Samadi.
Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang mengatakan tahun 2023, ia juga menerima perjalanan spiritual thudong di Vihara Adi Dharma Semarang.
Sedangkan pada Tahun 2024, Kota Semarang kembali kedatangan para rombongan bhikkhu. Bedanya tahun ini, Mbak Ita menerima dan melepas rombongan para bhikkhu di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti Pudakpayung, Banyumanik.
“Sebelum ke Candi Borobudur, para bhikkhu melakukan perjalanan melewati Ambarawa, Kabupaten Semarang berlanjut ke Temanggung,” kata Mbak Ita seusai melepas puluhan bhikkhu thudong.
Adanya ritual suci Buddha ini menurutnya menjadi kebanggaan sekaligus kehormatan tersendiri bagi warga Kota Semarang sebagai Tuan Rumah Event Internasional Bhikkhu Thudong tahun 2024.
Kota Semarang memiliki sejarah panjang penyebaran agama Buddha di Indonesia. Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti sendiri merupakan titik mula dengan pertimbangan bahwa di vihara inilah untuk pertama kalinya berdiri Sima pada 1959 silam.
Sima adalah tempat khusus upasampada (pengukuhan) bhikkhu baru. Di Sima inilah untuk pertama kalinya di Tanah Air dilaksanakan upasampada bhikkhu sesudah ratusan tahun rubuhnya Wilwatikta-Majapahit.
“Kita jadi tahu Kota Semarang menjadi jejak agama Buddha kita segera melakukan program-program atau pelaksanaan di sini agar menjadi tempat untuk wisata religi,” ujarnya.
Mbak Ita mengapresiasi seluruh masyarakat Kota Semarang yang menyambut baik kedatangan bhikkhu thudong. Termasuk dari pihak TNI, Polri, umat lintas kepercayaan dan agama serta sejumlah sukarelawan.
Menurutnya penyambutan yang luar biasa ini menunjukkan tingginya toleransi di Ibu Kota Jawa Tengah. Seperti yang dirilis Yayasan Setara bahwa Kota Semarang menduduki peringkat ke lima sebagai daerah tertoleran di Indonesia.
Ke depan, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang segera memperbaiki fasilitas keagamaan yang ada di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti. Pasalnya tempat itu dibangun oleh bhikkhu dari 13 negara.
“Sehingga ini harus menjadi program yang lebih baik untuk menjadi satu tujuan para bhikkhu beribadah di sini, termasuk mendorong menjadi agenda tahunan dan diintegrasikan dengan kegiatan lain,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Sangha Agung Indonesia Bhikkhu Khemacaro Mahathera mengatakan ritual thudong adalah proses spiritual bhikkhu menjalankan hidup berjalan.
“Berangkat dari sini karena di sini cikal bakal buddhism di Indonesia setelah Indonesia merdeka. Ini sudah dikenal 13 negara, tetapi kami baru menggali empat tahun lalu,” katanya.
“Mereka ingin mengirim pesan bahwa di Indonesia sangat ramah dan mendoakan supaya Indonesia tetap seperti ini, maju dan toleransi di kemudian hari,” ujarnya.