Indoraya NewsIndoraya NewsIndoraya News
Notification Show More
Font ResizerAa
  • BERITA
    • HUKUM KRIMINAL
    • PENDIDIKAN
    • EKONOMI
    • KESEHATAN
    • PARLEMEN
  • NASIONAL
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • JATENG
    • DAERAH
  • SEMARANG
  • RAGAM
    • GAYA HIDUP
    • TEKNOLOGI
    • OLAHRAGA
    • HIBURAN
    • OTOMOTIF
  • OPINI
  • KIRIM TULISAN
Cari
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • STANDAR PERLINDUNGAN WARTAWAN
  • TENTANG KAMI
  • DISCLAIMER
Copyright © 2023 - Indoraya News
Reading: Kenali Cornelia de Lange Syndrome, Gangguan Kesehatan Langka yang Menyerang Anak Sejak Kandungan
Font ResizerAa
Indoraya NewsIndoraya News
  • BERITA
  • NASIONAL
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • JATENG
  • SEMARANG
  • RAGAM
  • OPINI
  • KIRIM TULISAN
Cari
  • BERITA
    • HUKUM KRIMINAL
    • PENDIDIKAN
    • EKONOMI
    • KESEHATAN
    • PARLEMEN
  • NASIONAL
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • JATENG
    • DAERAH
  • SEMARANG
  • RAGAM
    • GAYA HIDUP
    • TEKNOLOGI
    • OLAHRAGA
    • HIBURAN
    • OTOMOTIF
  • OPINI
  • KIRIM TULISAN
Have an existing account? Sign In
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • STANDAR PERLINDUNGAN WARTAWAN
  • TENTANG KAMI
  • DISCLAIMER
(c) 2024 Indo Raya News
Semarang

Kenali Cornelia de Lange Syndrome, Gangguan Kesehatan Langka yang Menyerang Anak Sejak Kandungan

By Athok Mahfud
Senin, 20 Mar 2023
29 Views
Share
5 Min Read
Founder Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia Koko Prabu bersama anaknya yang menderita CdLS saat mengikuti Talk Show "Mengenal dan Peduli CdLS" yang digelar di Soegijapranata Catholic University, Senin (20/3/2023). (Foto: Athok Mahfud/Indoraya)
SHARE

INDORAYA – Hingga saat ini tidak banyak masyarakat yang tahu tentang Cornelia de Lange Syndrome, atau yang biasa disebut dengan CdLS. Ini merupakan gangguan kesehatan langka yang menyerang anak-anak sejak dalam kandungan ibunya.

CdLS adalah satu jenis kelangkaan yang ada di dunia dengan prevalensi sebesar 1:30.000 kelahiran bayi di sebuah populasi. Artinya, kemungkinan bayi lahir dengan CdLS sebanyak 1 bayi di antara 30.000 bayi lahir.

CdLS diketemukan pertama kali oleh Dokter Winfried Brachmann pada tahun 1916 kemudian penelitian ini diteruskan bersama dengan Dokter Cornelia Catharina de Lange pada tahun 1933. Bayi CdLS disebabkan oleh mutasi genetika saat pembuahan, bukan karena virus maupun bakteri dan tidak menular.

Gangguan langka ini menyerang anak sejak dalam kandungan. Anak yang terkena dapat mengalami keterlambatan perkembangan fisik, baik sebelum maupun setelah lahir. Selain itu juga akan memiliki fitur wajah yang khas, malformasi ekstremitas, serta gangguan intelektual.

Founder Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia Koko Prabu menuturkan, setidaknya ada 22 jenis gangguan pada anak-anak dengan CdLS. Dari fisik misalnya, tubuh berambut tebal/berbulu, alis mata tebal dan menyatu, cuping hidung mendongak, kepala kecil (microcephalus).

“Bagian atas telinga lebih rendah dari garis mata (menunjukkan kecerdasan di bawah rata-rata). Selain itu kaki dan tangan tidak sempurna dengan jumlah jari yang tidak lengkap dan bagian tangan dan jari tidak lengkap,” ujarnya kepada Indoraya, Senin (20/3/2023).

Selain itu, organ tubuh dalam juga mengalami gangguan. Misalnya sistem pencernaan sejak mulut hingga lambung terganggu. Langit-langit tinggi dan terbelah menyebabkan bayi kesulitan menelan dan mencerna ASI atau susu yang diterima sejak lahir. Organ seperti paru-paru dan jantung juga mengalami gangguan.

Koko Prabu melanjutkan, penyandang CdLS juga menerima dampak berupa mudahnya anak-anak itu mengalami pneumonia dan gagal jantung. Pada saat dewasa, anak-anak akan menderita gangguan mental yang tidak dapat dihindari, seperti menyakiti diri sendiri.

“Anak-anak dengan CdLS akan sangat tergantung pada alat-alat medis, obat-obatan, popok sekali pakai dan bantuan orang lain sepanjang hidupnya,” ungkapnya dalam konferensi pers “Mengenal dan Peduli CdLS” di Gedung Thomas Aquinas Soegijapranata Catholic University (SCU), Senin (20/3/2023).

Kepedulian Yayasan Sindrom Cornelia untuk CdLS

Founder Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia Koko Prabu mengatakan bahwa pihaknya menaruh perhatian terhadap anak-anak penyandang CdLS. Komitmen ini muncul sebagai bentuk kepedulian terhadap penderita CdLS agar dapat hidup layak dan lebih lama.

Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia diprakarsai oleh Koko Prabu, salah satu orang tua anak dengan CdLS berusia 23 tahun. Yayasan ini berkantor pusat di Semarang dan membantu semua anak CdLS di Indonesia yang saat ini terdeteksi sebanyak lebih dari 160 orang.

“Jumlah yang sedikit disebabkan berbagai kemungkinan. Jumlah dokter dan paramedis yang paham tentang CdLS belum banyak sehingga kemungkinan salah diagnosa dan salah penanganan sangat mungkin terjadi,” katanya.

Sebagai orang tua dari anak yang mengalami gangguan CdLS, para orang tua seringkali merasa kebingungan dengan kondisi anak yang terlahir berbeda. Hal ini membuat mereka merasa sendiri tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

“Dan Yayasan memberi dukungan dan konsultasi kepada para orangtua dalam menghadapi permasalah sehari-hari. Selain itu, Yayasan juga mencarikan bantuan alat-alat medis dasar seperti nebulizer dan juga mencarikan donator untuk susu dan popok sekali pakai untuk anak-anak,” imbuhnya.

Menurutnya, anak-anak yang menderita CdLS membutuhkan uluran tangan dan dukungan dari semua pihak maupun intitusi. Termasuk pula pemerintah dan civitas akademik di tengah-tengah kondisi kesehatan dan sulitnya kehidupan yang mereka jalani.

“Keberadaan anak-anak kami CdLS ini adalah anugerah bagi dunia kesehatan, pendidikan dan penelitian Indonesia, demi meningkatkan kualitas hidup generasi yang akan datang,” ungkap Koko Prabu.

“Kami berharap dengan kita bergandengan tangan sejak awal ini bisa menjadi gerakan dan upaya pencegahan bayi lahir dengan kelainan langka CdLS, serta memberikan angka harapan hidup yang lebih tinggi kepada penyintasnya,” pungkasnya.

TAGGED:Berita Semarang Hari IniBerita Semarang TerbaruBerita Semarang TerkiniCdLSCornelia de Lange SyndromeFounder Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia Koko PrabuGangguan kesehatan langkaYayasan Sindrom Cornelia Indonesia
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp

Terbaru

  • Wujudkan Komitmen Sosial, Hotel dan Mal Ciputra Semarang Gelar Donor Darah Tahunan Rabu, 08 Okt 2025
  • Gus Yasin Ungkap Ada Peran Kiai di Balik Rekonsiliasi PPP, Sosoknya Dirahasiakan Rabu, 08 Okt 2025
  • Belasan Tahun Putus Kuliah, Mas Pur Tukang Ojek Pengkolan Senang Bisa Wisuda di UPGRIS Rabu, 08 Okt 2025
  • 1.335 Mahasiswa UPGRIS Diwisuda, 195 Lulus Tanpa Mengerjakan Skripsi Rabu, 08 Okt 2025
  • Sempat Terbelah Lalu Islah, Gus Yasin: Keutuhan Kunci PPP Kembali ke Senayan Rabu, 08 Okt 2025
  • PT BPR BKK Jateng Dorong Semangat Petani Muda Lewat Literasi dan Inklusi Keuangan Selasa, 07 Okt 2025
  • Usai Rentenan Kecelakan, Proyek Perbaikan Jalan di Pati Akhirnya Dipasang Lampu Penerangan Selasa, 07 Okt 2025

Berita Lainnya

Semarang

Wujudkan Komitmen Sosial, Hotel dan Mal Ciputra Semarang Gelar Donor Darah Tahunan

Rabu, 08 Okt 2025
Semarang

Festival Keris Nusantara: Lestarikan Warisan Budaya, Wariskan Ilmu Metalurgi

Selasa, 07 Okt 2025
Semarang

Kota Semarang Sabet Empat Penghargaan di Ajang UI Green City Metric Awards

Senin, 06 Okt 2025
Semarang

Lapis Kukus Lawang Sewu Buka Gerai di Anjasmoro Semarang, Langsung Diserbu Ratusan Pembeli

Sabtu, 04 Okt 2025
Indoraya NewsIndoraya News
Follow US
Copyright (c) 2025 Indoraya News
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • STANDAR PERLINDUNGAN WARTAWAN
  • TENTANG KAMI
  • DISCLAIMER
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?