INDORAYA – Total kapitalisasi pasar kripto global mencapai 3,6 triliun dolar AS pada pembukaan Senin ini, naik 0,70 persen dalam 24 jam terakhir, didorong oleh penguatan Bitcoin ke 106.752,60 dolar AS dengan kenaikan 0,61 persen dan Ethereum di 3.623,76 dolar AS naik 0,37 persen, meskipun masih di bawah puncak Oktober di 126.000 dolar AS akibat outflow ETF sebesar 1,22 miliar dolar AS minggu lalu.
Pergerakan ini mencerminkan sentimen risk-on yang pulih pasca-penangguhan tarif perdagangan AS-China, dengan volume perdagangan harian mencapai 175,74 miliar dolar AS naik 10,60 persen, memberikan peluang bagi investor Indonesia untuk diversifikasi aset di tengah pelemahan rupiah yang menyentuh 16.703,50 per dolar AS.
Data dari CoinMarketCap menunjukkan dominasi Bitcoin turun tipis ke 59,13 persen, memungkinkan altcoin seperti Solana naik 1,17 persen ke 170,22 dolar AS dan XRP stabil di atas 0,60 dolar AS, didorong oleh spekulasi halving Zcash yang mendorong kenaikan 24 persen bulan ini.
Analis dari CryptoNews mencatat bahwa rebound ini didukung oleh pembelian institusional pasca-koreksi November yang menghapus 1 triliun dolar AS dari valuasi pasar, dengan proyeksi Bitcoin menuju 114.500 dolar AS akhir bulan jika ETF inflow berlanjut.
“Setelah washout, tanah pasar terlihat lebih subur untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujar Anas Hassan dari CryptoNews, yang memprediksi Ethereum mencapai 5.500 dolar AS pada 2025 berkat tokenisasi aset senilai 300 triliun dolar AS global.
Faktor Penggerak dan Proyeksi Lokal
Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin baru-baru ini meningkatkan probabilitas pemotongan Desember menjadi 70 persen menurut CME FedWatch, yang menurunkan opportunity cost kepemilikan kripto dan mendukung kenaikan DeFi volume ke 22,96 miliar dolar AS.
Sementara itu, J.P. Morgan memperkirakan Bitcoin rata-rata 170.000 dolar AS dalam enam bulan ke depan, didukung permintaan bank sentral dan regulasi yang lebih jelas dari RUU struktur pasar kripto Senat AS. Di sisi lain, outflow Ethereum ETF sebesar 508 juta dolar AS minggu lalu menekan harga di bawah moving average 50-hari, dengan potensi penurunan ke 3.275 dolar AS jika data CPI AS pada 13 November menunjukkan inflasi lebih tinggi dari ekspektasi.
Bagi Indonesia, volatilitas ini memengaruhi platform lokal seperti Indodax dan Pintu, di mana harga Bitcoin setara 1,78 miliar rupiah naik 0,61 persen, sementara Ethereum di 60,2 juta rupiah, memperburuk tekanan pada investor ritel yang menghadapi pajak kripto 0,1 persen dan defisit transaksi berjalan 0,5 persen PDB.
Bank Indonesia melaporkan transaksi kripto mencapai 12 triliun rupiah pada kuartal ketiga, naik 15 persen tahun-ke-tahun, tetapi peringatan dari OJK terhadap spekulasi berisiko tinggi mendorong diversifikasi ke stablecoin seperti USDT yang volume-nya 158,06 miliar dolar AS global.
CoinDCX memproyeksikan Bitcoin berakhir November di 114.500 dolar AS dengan rentang 108.000 hingga 120.000, sementara Long Forecast memperkirakan kenaikan 8 persen didorong ETF inflow, memengaruhi ekspor komoditas digital seperti NFT berbasis sawit berkelanjutan.
“Pasar kini menilai ulang likuiditas dan regulasi secara bersamaan,” tambah analis FXStreet, yang memperingatkan likuidasi 344,9 juta dolar AS dari posisi short Bitcoin jika support 99.200 dolar AS jebol.
Dinamika ini menegaskan posisi kripto sebagai aset spekulatif dengan potensi penguatan lanjutan jika data pekerjaan non-farm AS pada Jumat mendatang melebihi 150.000, membuka ruang bagi strategi portofolio yang lebih seimbang di tengah integrasi Web3 yang semakin dalam di ekonomi emerging seperti Indonesia. [dm]


