INDORAYA – Pasangan mata uang utama menunjukkan penguatan dolar AS terhadap sebagian besar rivalnya pada pembukaan sesi Senin ini, didorong oleh harapan pemulihan ekonomi global pasca-penyelesaian shutdown pemerintah AS yang berlangsung tiga minggu.
Indeks Dolar AS naik tipis ke level 104,50, sementara pasangan USD/JPY menembus level 154 yen, mencerminkan pelemahan yen sebagai aset safe-haven di tengah sentimen risiko yang membaik. Bagi pelaku pasar di Indonesia, pergerakan ini berimplikasi langsung pada nilai tukar rupiah, di mana USD/IDR menyentuh 16.703,50 per dolar, naik 0,05 persen dari penutupan sebelumnya, menambah tekanan pada impor barang konsumsi dan bahan baku industri.
Data terbaru menunjukkan rupiah melemah 0,90 persen dalam sebulan terakhir dan 5,54 persen dalam setahun, dipengaruhi oleh diferensial suku bunga tinggi AS dibandingkan Bank Indonesia yang mempertahankan posisi netral.
Analis dari DailyForex mencatat bahwa pemulihan perdagangan AS-China, termasuk penangguhan tarif 24 persen pada impor pertanian AS ke China mulai 10 November, telah meredam kekhawatiran proteksionisme yang sempat menekan mata uang emerging seperti rupiah.
“Pelemahan yen ini khas lingkungan risk-on, di mana investor beralih ke aset berimbal hasil lebih tinggi,” ujar Adam Lemon, Kepala Analis DailyForex, yang memprediksi USD/JPY akan tetap bullish di atas support 153 yen hari ini.
Dinamika Pasangan Utama dan Dampak Lokal
EUR/USD menghadapi tekanan bearish, bergerak di bawah 1,08 setelah gagal menembus moving average 50-hari, dengan proyeksi penurunan ke 1,0330 jika tekanan penjualan berlanjut, menurut FXStreet. Pasangan ini mencerminkan kekhawatiran pertumbuhan zona euro yang melambat menjadi 0,8 persen pada 2025, kontras dengan ketahanan ekonomi AS.
Sementara itu, GBP/USD stabil di sekitar 1,30, didukung oleh ekspektasi kebijakan Bank of England yang hawkish, meskipun data tenaga kerja AS yang lemah—dengan penambahan hanya 12.000 pekerjaan swasta pada Oktober—meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed menjadi 70 persen untuk pertemuan Desember.
Bagi Indonesia, volatilitas ini memperburuk defisit transaksi berjalan yang mencapai 0,5 persen PDB pada kuartal ketiga 2025. Bank Indonesia telah melakukan intervensi valas senilai 2 miliar dolar AS bulan lalu untuk stabilisasi, tetapi proyeksi CoinCodex menunjukkan USD/IDR berpotensi mencapai 16.846 rata-rata tahunan, dengan rentang 16.597 hingga 17.214, didorong oleh tarif efektif AS yang naik ke 19,5 persen.
Long Forecast memperkirakan kenaikan 1,1 persen menjadi 17.018 pada akhir November, memengaruhi daya saing ekspor tekstil dan komoditas sawit. “Pasar kini menilai ulang carry trade, pertumbuhan, dan faktor keamanan secara bersamaan,” tambah analis FXStreet, yang memperingatkan risiko event November seperti rilis data CPI AS pada 13 November.
Pasar forex terus menavigasi ketidakpastian ini, dengan potensi penguatan lebih lanjut pada dolar jika data pekerjaan non-farm AS melebihi ekspektasi 150.000 pada Jumat mendatang, membuka ruang bagi adaptasi strategi perdagangan yang lebih resilien di tengah dinamika global yang saling terkait. [dm]


