INDORAYA — Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat tidak hanya bergantung pada ketersediaan fasilitas medis, tetapi juga pada tiga faktor mendasar yang sering kali diabaikan: gizi, sanitasi, dan edukasi. Hal ini disampaikan Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko, yang menilai ketiga hal tersebut merupakan pilar utama dalam membangun masyarakat yang sehat dan produktif.
Menurut Heri, banyak persoalan kesehatan di Jawa Tengah — mulai dari stunting, penyakit infeksi, hingga angka kematian ibu dan bayi — berakar pada persoalan gizi dan sanitasi yang buruk serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
“Kesehatan itu tidak hanya urusan rumah sakit atau puskesmas. Pondasinya adalah pola makan yang bergizi, lingkungan yang bersih, dan pengetahuan masyarakat yang baik tentang kesehatan. Tiga hal ini harus berjalan bersama,” ujarnya.
Ia menegaskan, tanpa gizi yang seimbang, pembangunan sumber daya manusia akan timpang. Sementara sanitasi yang buruk dapat menimbulkan rantai penyakit menular yang sulit diputus.
Karena itu, Heri mendorong agar pembangunan infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi layak menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
“Kalau masyarakat masih kesulitan air bersih atau buang air besar sembarangan, jangan bicara tentang kesehatan unggul. Kita harus mulai dari hal paling dasar,” tegasnya.

Lebih jauh, Heri menyoroti pentingnya edukasi kesehatan di sekolah dan komunitas desa.
Menurutnya, pengetahuan yang baik dapat mencegah berbagai penyakit bahkan sebelum muncul. Ia mencontohkan keberhasilan beberapa kabupaten di Jawa Tengah yang menurunkan angka stunting melalui program edukasi keluarga dan pelatihan gizi ibu hamil.
“Edukasi adalah vaksin sosial. Kalau masyarakat tahu bagaimana menjaga pola makan, kebersihan, dan kesehatan mental, maka beban sistem kesehatan akan berkurang,” katanya.
Politikus yang akrab disapa Heri Londo itu juga menyoroti perlunya kolaborasi lintas sektor.
Ia menilai, program kesehatan tidak bisa berdiri sendiri di bawah satu dinas, tetapi harus terintegrasi dengan bidang pendidikan, lingkungan, dan sosial.
“Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendirian. Dinas Pendidikan, Lingkungan Hidup, dan Sosial harus ikut. Misalnya, membangun jamban di sekolah, menyediakan kantin sehat, dan mengedukasi keluarga miskin tentang gizi anak. Itu bentuk nyata gotong royong pembangunan,” paparnya.
Heri menegaskan bahwa pembangunan kesehatan yang sejati adalah pembangunan manusia seutuhnya, bukan sekadar menambah jumlah fasilitas medis.
Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi aktif menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
“Kalau masyarakat sehat, produktivitas naik, ekonomi bergerak, dan kesejahteraan ikut tumbuh. Karena itu, tiga pilar ini; gizi, sanitasi, dan edukasi harus jadi gerakan bersama, bukan hanya jargon kebijakan,” pungkasnya. [Adv]


