INDORAYA – Harga emas dunia mencatat kenaikan signifikan pada pembukaan sesi Asia Senin ini, mencapai 4.144,26 dolar AS per troy ons dengan kenaikan 0,54 persen dari penutupan sebelumnya, setelah sempat menyentuh puncak dua pekan di 4.115,66 dolar AS akibat pelemahan ekonomi Amerika Serikat yang meredam kekuatan dolar.
Pergerakan ini mencerminkan permintaan kuat terhadap aset safe-haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan proteksionisme perdagangan, dengan implikasi positif bagi investor emas di Indonesia di mana harga Antam naik ke 2.307.000 rupiah per gram, menambah daya tarik diversifikasi portofolio di tengah fluktuasi rupiah terhadap dolar.
Data terbaru dari Kitco News menunjukkan emas menguat 49,04 persen dalam setahun terakhir meskipun mengalami koreksi 11 persen dari rekor 4.381,24 dolar AS pada Oktober, didorong oleh pembelian bank sentral global yang mencapai 900 ton pada 2025 dan inflow ETF emas sebesar 26 miliar dolar AS tahun ini.
Analis dari LiteFinance mencatat bahwa pelemahan indeks dolar ke 99,59 mendorong kenaikan ini, dengan proyeksi moderat naik pada November di tengah ekspektasi inflasi dan ketegangan geopolitik. “Emas sedang berusaha menetap di atas resistance 4.051-4.036 dolar AS, yang dapat mengubah tren jangka pendek menjadi bullish,” ujar analis LiteFinance, yang memprediksi target awal 4.200 dolar AS jika support 3.969 bertahan.
Faktor Penggerak dan Proyeksi Jangka Pendek
Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin baru-baru ini meningkatkan probabilitas pemotongan lanjutan pada Desember menjadi 70 persen, menurut survei CME FedWatch, yang biasanya mendukung emas dengan menurunkan opportunity cost kepemilikan.
Sementara itu, J.P. Morgan Research memperkirakan harga rata-rata 3.675 dolar AS pada kuartal keempat 2025, naik ke 4.000 dolar AS pada pertengahan 2026, didukung permintaan investor dan bank sentral rata-rata 710 ton per kuartal. Di sisi lain, Morgan Stanley memproyeksikan potensi 4.500 dolar AS pada pertengahan 2026, mengutip ketidakpastian ekonomi yang berkelanjutan.
Bagi Indonesia, kenaikan ini memperkuat harga emas Antam yang naik 8.000 rupiah per gram menjadi 2.307.000 rupiah, sementara Pegadaian mencatat harga jual UBS naik ke 2.529.000 rupiah per gram, memengaruhi permintaan perhiasan dan investasi ritel di tengah defisit transaksi berjalan 0,5 persen PDB.
Bank Indonesia melaporkan intervensi valas 2 miliar dolar AS bulan lalu untuk stabilisasi rupiah, tetapi volatilitas emas dapat meredam tekanan impor dengan ekspor komoditas seperti sawit yang sensitif terhadap harga global.
Long Forecast memperkirakan emas berakhir November di 4.105 dolar AS, naik 2,2 persen dari awal bulan, sementara CoinCodex memproyeksikan rata-rata 4.104,59 dolar AS dengan rentang 4.000 hingga 4.200. “Pasar kini menilai ulang faktor carry trade dan keamanan secara bersamaan,” tambah analis DailyForex, yang memperingatkan risiko dari rilis data CPI AS pada 13 November.
Dinamika ini menegaskan posisi emas sebagai lindung nilai (hedging) terhadap ketidakpastian, dengan potensi penguatan lanjutan jika data pekerjaan non-farm AS pada Jumat mendatang di bawah ekspektasi 150.000, membuka peluang bagi strategi alokasi aset yang lebih adaptif di pasar emerging seperti Indonesia. [dm]


