INDORAYA – Adanya fenomena alam dengan turunnya hujan es di wilayah Tembalang, Kota Semarang, pada Senin (21/2/2022) sekira pukul 16.00 WIB membuat heboh warga setempat. Kejadian alam berupa hujan es merupakan peristiwa langka atau tidak umum.
Fenomena alam itu sempat direkam oleh salah seorang warga yang diunggah di ‘infokejadian semarang’ dan dibagikan oleh BMKG Ahmad Yani Semarang berdurasi selama 31 detik.
Saat hujan turun cukup deras, juga turun hujan es, nampak butiran-butiran putih jatuh di wilayah Tembalang. Karena penasaran, warga pun mengambil contoh butiran-butiran es yang ada di tanah.
Menanggapi fenomena alam ini, pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, bahwa penyebab fenomena hujan es atau hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrim.
Adapun kejadian hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengatakan, hujan es dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba. Dan fenomena hujan es atau hail ini disebabkan adanya awan cumulonimbus (CB).
“Pada awan ini terdapat tiga macam partikel (yaitu) butir air, butir air super dingin, dan partikel es,” terangnya, dalam rilisnya, Senin (21/2/2022).
Sehingga, kata dia, hujan lebat yang masih berupa partikel padat, baik es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) tersebut. Biasanya awan berbentuk berlapis-lapis seperti bunga kol.
“Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam,”katanya.
Sedangkan partikel es sampai jatuh ke permukaan bumi, lanjut dia, karena
tingkat pembekuan yang rendah. Disebabkan adanya lapisan tingkat pembekuan yang lebih rendah, dikenal dengan istilah Lower Freezing Level.
“Pada fenomena hujan es/hail, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.
Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna,”urainya.
Lapisan tingkat pembekuan atau freezing level merupakan lapisan pada tinggian tertentu diatas permukaan bumi dimana suhu udara bernilai nol derajat celsius.
Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es.
“Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan atau freezing level berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 kilometer diatas permukaan laut,” sambungnya.
Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, kata dia, diidentifikasi adanya sirkulasi siklonik di perairan utara Australia menyababkan adanya belokan angin di wilayah Jawa Tengah serta anomali suhu muka laut di Samudera Hindia selatan Jawa yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah.
Kelembaban udara yang relatif cukup tinggi turut berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia. Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada Kuadran 3 (Indian Ocean) yang menunjukkan kontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia signifikan.
“Citra satelit Himawari 8 menunjukan adanya pertumbuhan awan konvektif atau cumulonimbus di wilayah sekitar kejadian di Kota Semarang dan sekitarnya mulai pukul 16.00 Wib – 17.30 WIB dengan suhu puncak awan mencapai minus 50 °C sampai dengan minus 80 °C, yang mengindikasikan terjadinya hujan intensitas sedang – lebat yang dapat disertai petir atau kilat dan angin kencang serta potensi terjadinya hujan es,”pungkas Sutikno. (IR)