INDORAYA – Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, mengungkapkan tentang ancaman resesi 2023 tak bisa disepelekan. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat, khususnya warga dan pemerintah Jateng agar tidak menyepelakan hal tersebut.
Ancaman resesi ekonomi pada tahun 2023 bisa dialami oleh banyak negara. Resesi umumnya ditandai dengan menurunnya pendapatan domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Pembahasan resesi ini juga telah dibahas di Forum G20 Bali secara mendalam oleh para pemimpin dunia sebagai ancaman bersama dan harus bisa mengahadapinya.
Pemerintah, khususnya pemerinah Provinsi Jawa Tengah, menurut Heri diharapkan bisa mengantisipasi, dengan menyiapkan berbagai hal.
“Inilah salah satu hal yang harus diantisipasi selain juga terkait ketersediaan pangan. Perlu langkah-langkah yang tepat untuk antisipasi ancaman resesi 2023,” tegasnya.
Heri menegaskan langkah-langkah strategis, diantaranya dengan menjaga ketersediaan pangan, menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok, kondusifitas wilayah, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang perlunya memanfaatkan lahan tak produktif.
Pemicu yang menyebabkan munculnya isu resesi global tersebut adalah inflasi yang terjadi hampir di seluruh dunia yang tidak diimbangi dengan naiknya tingkat ekonomi dan daya beli masyarakat.
Situasi ini diperparah dengan adanya konflik Rusia-Ukraina yang membuat harga energi semakin tinggi dan mendongkrak inflasi.
“Kita harus waspada dengan tekanan global yang semakin besar. Namun masyarakat diharapkan untuk tidak panik secara berlebihan di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu,” katanya.
Kondisi ekonomi global yang tak stabil juga menimbulkan kekhawatiran akan menurunnya lapangan pekerjaan. Sebab, biasanya, kondisi ekonomi yang rentan membuat pelaku usaha mau tak mau harus melakukan efisiensi demi keberlangsungan usahanya.
Dalam hal pangan, Data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng terkait produksi pangan strategis (padi, jagung, kedelai) hanya kedelai yang minus.
Sementara komoditi padi dan jagung untuk konsumsi dan pakan ternak melebihi kebutuhan.
Tercatat realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton. Prediksi tahun 2022 untuk produksi padi bisa mencapai 9.579.069 ton, atau sekitar 5,5 juta ton beras.
Pada 2020 produksi beras mencapai 5,43 juta ton. Sedangkan produksi beras di tahun 2021 atau sekitar 5.531.297 ton beras. Adapun, untuk produksi jagung hingga September 2022 mencapai 3.047.712 ton. Sementara, produksi kedelai hingga bulan yang sama baru mencapai 47.246 ton. [Adv-Indoraya]