Ad imageAd image

Wali Kota Semarang Ungkap Normalisasi Kali Tenggang Masih PR

Dickri Tifani
1 View
2 Min Read
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengecek kondisi sungai bersama jajarannya, belum lama ini. (Foto: Pemkot Semarang)

INDORAYA – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengungkapkan normalisasi Kali Tenggang masih menjadi pekerjaan rumah (PR). Menurutnya, normalisasi kali tersebut dapat menjadi solusi untuk mengatasi banjir di wilayah Pedurungan, Gayamsari, Semarang Utara, dan Genuk.

Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang, mengatakan saat ini BBWS Pemali-Juana sedang dalam proses lelang untuk normalisasi Kali Tenggang, yang direncanakan akan dilaksanakan secara multiyears mulai tahun 2025 hingga 2026.

“PR yang sudah bertahun-tahun adalah Kali Tenggang yang sempit. Harus dinormalisasi seperti sungai lainnya. Saat ini sedang proses lelang, Insyaa Allah dalam tiga bulan, maksimal empat bulan, normalisasi Kali Tenggang akan dimulai,” ujar Mbak Ita, melalui keterangan resminya, Senin (16/12/2024).

Sementara itu, berdasarkan data dari ModAthus Lempongsari, Kota Semarang mengalami hujan ekstrem dalam beberapa hari terakhir, dengan curah hujan lebih dari 300 mm yang terjadi pada 11-12 Desember 2024.

Meski demikian, upaya intensif Pemerintah Kota Semarang dalam penanganan banjir telah membuahkan hasil. Beberapa wilayah yang sebelumnya menjadi langganan genangan, seperti Tlogosari, kini tidak lagi mengalami genangan berkat peninggian jembatan Nogososro yang telah selesai dibangun.

Selain itu, proyek giant sea wall dan pembangunan kolam retensi seluas 250 hektar di Semarang bagian utara dan timur juga direncanakan sebagai solusi penanganan banjir jangka panjang. Wilayah lain, seperti Jalan Woltermonginsidi di Pedurungan dan Muktiharjo Kidul, juga tidak lagi mengalami genangan berkat berbagai upaya penanganan yang dilakukan, termasuk pemasangan saluran U-Ditch yang efektif mengurangi risiko limpasan air.

Kepala Dinas PU, Soewarto, menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya memperbaiki infrastruktur yang rusak, tetapi juga membangun sistem yang lebih tahan terhadap intensitas hujan ekstrem akibat perubahan iklim.

Dengan perencanaan tata kota yang adaptif, Pemerintah Kota Semarang berharap dapat meminimalkan dampak negatif hujan ekstrem yang semakin sering terjadi.

Share This Article