Wali Kota Semarang Angkat Vita Azahra, Anak Pasutri Tunanetra Ditolak SMA Negeri

Dickri Tifani
7 Views
4 Min Read
Wali Kota Semarang , Hevearita Gunaryanti Rahayu menyambangi langsung rumah kontrakan kedua orang tua Vita, Warsito (39) dan Uminiya (42) di rumah kontrakan Jalan Gondang Raya 17, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (12/7). (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Permasalahan anak pasangan suami-isteri tunanetra di Kota Semarang, yang bernama Vita Azahra tertolak PPDB SMA 2024 jalur afirmasi menarik perhatian, termasuk Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Mbak Ita, sapaan akrabnya menyambangi langsung rumah kontrakan kedua orang tua Vita, Warsito (39) dan Uminiya (42) di rumah kontrakan Jalan Gondang Raya 17, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (12/7).

Saat menyambangi, Wali Kota Semarang ini mendengarkan keluh kesah dari Warsito dan Uminiya dalam proses PPDB jenjang SMA/SMK Negeri di Kota Semarang.

Di rumah sewa keluarga kecil yang sempit ini, Mbak Ita memastikan pendidikan Vita Azahra ditanggung pemerintah, baik Provinsi Jawa Tengah (Jateng) maupun Kota Semarang.

Tidak hanya itu saja, istri dari Ketua Komisi D DPRD Jateng Alwin Basri itu juga mengangkat Vita sebagai anak asuhnya, agar bisa mengupayakan hidup layak untuk anak tersebut.

“Saya mewakili Pemerintah Kota Semarang dan pribadi mengangkat Vita menjadi anak asuh saya lewat program Gerbang Harapan,” kata Mbak Ita saat ditemui Indoraya di lokasi.

Lewat program itu, Mbak Ita kini telah menjadi orang tua asuh dari dua anak. Satu anak perempuan dari Papua yang masih duduk di bangku sekolah dasar, dan Vita yang akan menempuh pendidikan di SMA Mardisiswa Semarang.

“Ini saya datang di tempatnya Pak Warsito, kita bicara pahitnya bila tidak diterima di negeri, ternyata sudah di SMA Mardisiswa,” katanya.

Dia menjelaskan Gerbang Harapan atau Gerakan Bersama Orang Tua Asuh untuk Pengembangan Hari Masa Depan merupakan program untuk menekan angka putus sekolah.

Masyarakat Kota Semarang yang berkecukupan diajak menjadi orang tua asuh bagi anak kurang mampu. Sementara ini, Gerbang Harapan berfokus pada pemenuhan kebutuhan penunjang sekolah seperti seragam, buku-buku, hingga alat tulis siswa-siswi dan uang saku.

Kendati begitu, Mbak Ita menjelaskan pembiayaan sekolah remaja putri yang sudah ditanggung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) itu juga menjadi perhatiannya.

Pihaknya akan berkomunikasi dengan Penjabat (Pj) Gubernur Jateng Nana Sudjana mengenai pembiayaan uang gedung, hingga sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).

“Nanti kita sinergi, dan kolaborasi mungkin kalau Pemprov Jateng soal SPP, kami nanti uang bulanannya, tetapi kalau Pemprov bilang diambil alih Kota Semarang, maka kami akan ambil alih,” katanya.

Termasuk ke depan, Mbak Ita akan melakukan komunikasi intens terkait upaya menekan angka putus sekolah dengan Pemprov Jateng. “Mungkin di luar sana masih ada Vita-Vita lainnya yang harus ditangani dengan kolaborasi,” pungkasnya.

Sementara itu, Warsito, ayah dari Vita Azahra mengaku bersyukur putri semata wayangnya kini mendapat perhatian dari orang nomor satu di Kota Semarang. “Terima kasih Ibu wali kota Semarang yang sangat luar biasa pada Jumat berkah ini, semoga semua diberikan kesehatan dan keridaan Allah SWT karena membantu kami yang membutuhkan,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, Warsito (39) dan Uminiya (42), pasangan suami istri di Kota Semarang, membagikan kisah anaknya yang ditolak saat mendaftar di PPDB SMA negeri lewat jalur afirmasi. Padahal pasutri itu tergolong miskin dan terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Kondisi sejoli tersebut saat ini sangat memprihatinkan. Dua-duanya penyandang disabilitas tuna netra yang sudah tidak bisa melihat. Aktivitas sehari-hari keduanya bekerja sebagai tukang pijat.

Pasangan itu tinggal di sebuah kontrakan di permukiman padat penduduk di Jalan Gondang Raya 17, RT 3 RW 1, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, bersama anak perempuan yang berusia 15 tahun.

Share This Article