INDORAYA – Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah (Jateng) turut berkontribusi dalam mengentaskan masalah kemiskinan ekstrem melalui program pembentukan desa berdaya. PW Aisyiyah Jateng telah membentuk 98 desa berdaya (Qaryah Thayyibah) yang tersebar di berbagai daerah di Jateng.
Ketua PW Aisyiyah Jateng Eny Winaryati mengatakan bahwa desa berdaya merupakan program dari Aisyiyah yang dilaksanakan di tingkatan akar rumput. Bermula dari komunitas kecil yang berisi 15 sampai 20 orang, hingga kini menyebar ke desa lain. Pihaknya mencanangkan setiap daerah memiliki dua desa berdaya.
“Semua daerah (kabupaten/kota) sudah kita wajibkan minimal dua desa. Sedangkan untuk Kabupaten Cilacap, Kota Tegal, dan Kabupaten Demak sudah lebih dari dua bahkan ada yang sembilan,” katanya saat ditemui di Universitas Muhammadiyah (Unimus) Semarang, Kamis (9/3/2023).
Setelah terpilih menjadi ketua Musywil Aisyiyah Periode Muktamar 48 di Kota Tegal, Eny langsung tancap gas fokus mengatasi kemiskinan ekstrem di Jateng melalui program desa berdaya. Dia bersama jajaran pengurus lainnya sudah berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat.
- Advertisement -
Eny menilai, 98 desa berdaya yang sudah dibentuk Aisyiyah Jateng ini bisa menjadi percontohan. Desa berdaya mencoba menggali akar masalah penyebab kemiskinan. Identifikasi ini menjadi hal penting untuk mengetahui kondisi masyarakat, termasuk miskin di kategori apa.
Misalnya jika warga termasuk miskin ekonomi, maka akan diberikan pelatihan UMKM. Jika belum memiliki akses pendidikan, maka akan diajarkan dan didampingi belajar. Tak terkecuali bekal pendidikan keagamaan. Sehingga semua sektor dapat tertangani.
“Dicari tahu dulu akar masalahnya warga ini miskin karena apa. Kita ajak diskusi bersama, cari solusinya. Jadi semua bisa teratasi sesuai dengan kebutuhan,” ungkap Eny.
Menurutnya tidak hanya di sektor ekonomi dan pendidikan, melainkan juga kesehatan turut menjadi perhatian. Di mana masyarakat yang tidak mampu akan diberikan pengobatan gratis yang diperoleh dari iuran. PW Aisyiyah akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk menggalakkan hidup sehat.
Lebih lanjut Eny mengatakan penguatan ekonomi masyarakat ini harus memanfaatkan potensi kearifan lokal. Misalnya di Demak, petani garam diberikan pendampingan. Di Cilacap, masyarakat diajarkan cara mengolah pisang untuk dibuat produk unggulan.
Ketika desa sudah mandiri, maka pengayaan lain akan berjalan dengan lancar. Misalnya bekerjasama dengan BUMDes, pengusaha, dan instansi pemerintahan. Dengan begitu, program berdaya diharapkan bisa berhasil membantu mengatasi kemiskinan ekstrem di Jateng.
“Sehingga desa lain akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Karena memang kemandirian yang kita harapkan,” ungkap Eny.
Sebagai informasi, di Jateng ada sebanyak 923 desa kategori miskin ekstrem yang tersebar di 17 kabupaten. Adapun 17 Kabupaten itu di antaranya Banjarnegara, Banyumas, Blora, Brebes, Cilacap, Demak, Grobogan, Kebumen, Klaten, dan Magelang. Kemudian Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen, Wonogiri, dan Wonosobo.