Tradisi Dugderan: Menyambut Bulan Suci Ramadan di Kota Semarang

Dickri Tifani
761 Views
2 Min Read
Tradisi Dugderan: Menyambut Bulan Suci Ramadan di Kota Semarang. (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Perayaan Dugderan di Kota Semarang tahun ini berlangsung meriah dengan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat. Ribuan warga memadati Jalan Pemuda dan halaman Balai Kota sejak Jumat (28/2/2025), mengenakan pakaian adat Semarangan sambil membawa patung Warak Ngendog, simbol akulturasi budaya khas Semarang yang kental.

Acara Dugderan dipimpin langsung oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, yang mengenakan kebaya merah sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum.

Wakil Wali Kota, Iswar Aminuddin, juga tampil menarik dengan busana Semarangan berwarna abu-abu. Prosesi dimulai dengan pemukulan bedug oleh Agustina bersama jajaran Forkopimda, yang menandakan dimulainya bulan Ramadan.

Agustina dan Iswar menarik perhatian ribuan warga selama prosesi berlangsung. Banyak warga yang antusias berfoto bersama mereka, dan Agustina dengan ramah melayani permintaan swafoto. Menjelang dimulainya kirab budaya, Agustina dan Iswar memecahkan kendi, menandai dimulainya perjalanan sakral tersebut.

Dengan menaiki kereta kencana yang megah, mereka bersama jajaran Forkopimda menuju Masjid Agung Kauman Semarang. Sepanjang perjalanan, Agustina menyapa warga yang menyambutnya dengan semangat. Setibanya di Masjid Agung Kauman, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan Suhuf Halaqoh yang menandakan masuknya bulan Ramadan, serta pembagian roti ganjel rel sebagai simbol berkah.

Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk menyelesaikan rangkaian acara tahunan yang penuh makna ini.

“Ini adalah tradisi tahunan menyambut Ramadan. Semarang ini kaya akan etnis dan kebudayaan yang bersatu,” ujar Agustina.

Warak Ngendog, hewan mitologi, menjadi simbol akulturasi budaya di Semarang, melibatkan etnis Jawa, Arab, Melayu, dan Tionghoa, yang mencerminkan tinggiya toleransi di kota ini.

Agustina juga menyampaikan bahwa Dugderan dapat menjadi tradisi yang memperkenalkan pariwisata Kota Semarang. Pengemasan acara yang semakin baik bisa menarik wisatawan lokal maupun internasional.

“Dugderan ini unik dan menarik, dengan keterlibatan masyarakat yang luar biasa. Ini bisa memperkenalkan Kota Semarang ke lebih banyak orang,” tambahnya.

Share This Article