INDORAYA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) meminta kepada seluruh masyarakat untuk terus mewaspai kehadiran pendatang baru di lingkungan masing-masing menyusul adanya penangkapan tiga terduga teroris.
Sebelumnya Densus 88 Antiteror Polri menangkap tiga terduga teroris di tiga wilayah di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, dan Kota Solo, Senin (4/11/2024). Ketiganya ditangkap secara terpisah.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jateng Haerudin mengatakan, pihaknya bakal mengintensifkan langkah deteksi dini dan monitoring kondusivitas wilayah seusai ditangkapnya tiga terduga teroris tersebut.
Langkah proaktif ini diambil untuk memastikan keamanan dan kenyamanan masyarakat. Masyarakat juga diimbau lebih waspada terhadap kehadiran pendatang baru di lingkungan masing-masing karena para pelaku biasanya bukan warga asli daerah tersebut.
“Kami bersama teman-teman jaringan meningkatkan deteksi dini dan monitoring untuk kondusivitas wilayah. Kami mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan hati-hati,” ungkapnya, Rabu (5/11/2024).
Ia menambahkan deteksi dini yang dimaksud adalah mendeteksi potensi kerawanan yang bisa terjadi di masyarakat. Menurutnya, para pelaku teroris ini biasanya susah bergaul dengan masyarakat sekitar.
Sehingga harus ada upaya untuk menjaga situasi tetap kondusif. Pemprov Jateng pun meminta agar masyarakat melaporkan tamu yang menginap kepada ketua RT setempat sebagai tindakan preventif.
Kolaborasi antara masyarakat dan aparat pemerintah sangat penting, guna menjaga dan mengawasi aktivitas yang berpotensi mengganggu stabilitas wilayah. Cara ini dinilai Haerudin dapat meningkatkan kewaspadaan di masyarakat.
“Sehingga antisipasi masyarakat harapannya supaya mengaktifkan (kembali), seperti di Kota Semarang dulu ada 1×24 jam tamu wajib lapor. Kalau ada warga baru kos atau kontrak harapannya lapor Pak RT,” imbuh dia.
Lebih lanjut dia menyebut ada titik-titik rawan terorisme di Jawa Tengah yang perlu mendapat perhatian. Terutama di tiga daerah penangkapan, yakni Solo, Demak, dan Kudus. Sebab eks napiter kebanyakan berasal dari wilayah tersebut.
“Walaupun eks (napiter) kita sudah pada NKRI lebih bagus dari pada mereka (terduga terorisme). Ketika menyebut tiga kabupaten itu, Solo itu kan sebenarnya Karanganyar, Sukoharjo, itu termasuk tempat-tempat yang perlu diwaspadai,” ungkap dia.
Lebih lanjut Haeruin juga meminta agar masyarakat memperbanyak narasi positif di media sosial. Sebab jaringan terorisme seperti ISIS dan lainnya masih masif melakukan gerakan di ruang digital.
“Kita tidak bisa sendirian harus bareng-bareng. Saya melihat salah satu upaya harus dibanyakin narasi positif,” pungkas Haerudin.