Ad imageAd image

Temukan Harga Gabah di Jateng Anjlok, Dewan Prihatin dengan Nasib Petani

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 1k Views
2 Min Read
Ilustrasi petani sedang memanen padi. (Foto: istimewa)

INDORAYA – Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah (Jateng), Sumanto merasa prihatin dengan nasib petani seteleh mengetahui harga gabah di sejumlah daerah anjlok. Harga gabah kering panen yang biasanya bisa mencapai Rp 6.000 per kg kini di kisaran Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kg.

Dikatakannya, penurunan harga gabah tersebut terjadi di Kabupaten Karananyar, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Sragen memasuki musim panen raya ini. Saat melakukan kunjungan ke daerah tersebut beberapa waktu lalu, dirinya sering mendapatkan keluhan dari petani.

Menurut Sumanto, dengan harga tersebut, penghasilan petani belumlah seberapa. Apalagi petani saat ini diterpa sejumlah permasalahan, seperti pengurangan pupuk bersubsidi, mahalnya biaya produksi, dan juga cuaca ekstrem yang mempengaruhi hasil pertanian.

“Di harga segitu itu petani belum dapat apa-apa, petani belum dapat penghasilan yang cukup dan harga beras pun masih tinggi,” ujarnya kepada Indoraya melalui panggilan WhatsApp, Jumat (03/03/2023)

Ia melanjutkan, bagi petani kecil dengan lahan di bawah 2 hektare, kondisi tersebut tentu membuat penghasilan petani semakin sulit. Pasalnya dalam satu kali panen, petani rata-rata hanya mendapatkan Rp 400.000.

“Penghasilan mereka yang punya lahan di bawah 2 ribu meter itu cuma Rp 400.000 perhektare itu dapat 6 ton. Dengan penghasilan yang cuma Rp 400.000, sehingga ini sulit bagi masyarakat petani untuk semangat, karena harganya kecil,” ungkap Sumanto.

Ia menyebut, saat ini ada sebanyak 3.000.000 petani di Jateng. Sementara untuk petani yang lahannya di bawah 2 hektare, ada sekitar 150.000.000 petani yang tersebar di berbagai di Jateng.

Dengan harga gabah kering di tingkat petani yang turun, Komisi D DPRD Jateng berharap agar pemerintah bisa melakukan pengendalian. Sumanto menyarankan pemerintah pusat untuk menghitung ulang dan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP).

“Dengan harga turun pemerintah bisa menangani panen raya, karena mereka gak berpenghasilan seperti pekerja yang setiap bulan menerima gaji. Mereka harus menunggu 3 bulan. Maka harus ada keberpihakan dan support pemerintah terhadap petani,” pungkasnya.

Share this Article
Leave a comment