Ad imageAd image

Teknologi Modifikasi Cuaca Dinilai Berhasil Kurangi Intensitas Hujan di Pantura Jateng

Athok Mahfud
3 Views
2 Min Read
Rapat Koordinasi Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (20/12/2024). (Foto: Dok. Pemprov Jateng)

INDORAYA – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) telah menggunakan teknologi modifikasi cuaca sejak 11 Desember untuk menurunkan intensitas hujan di musim penghujan.

Pemprov Jateng bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Upaya tersebut dianggap berhasil mengurangi intensitas hujan di sejumlah daerah.

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan, teknologi modifikasi cuaca diterapkan di sejumlah daerah di Pantai Utara (Pantura) yang terus diguyur hujan deras. Seperti Jepara, Pati, Grobogan, Demak dan Kota Semarang,

“Kita harapkan dengan modifikasi TMC ini, masyarakat Jateng terhindar dari kemungkinan cuaca ekstrem,” katanya saat Rapat Koordinasi Siaga Darurat Bencana di Kantor Gubernur, Jumat (20/12/2024).

Penerapan teknologi modifikasi cuaca ini menjadi salah satu upaya mengantisipasi dampak cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, rob, dan angin beliung.

Dalam kesempatan itu, Pemprov Jateng dan 33 pemerintah kabupaten/kota di Jateng telah menetapkan status darurat bencana. Masih ada dua daerah yang belum menetapkan status darurat bencana.

“Sampai saat ini Jateng sudah menetapkan kedaruratan di 33 kabupaten, artinya kabupaten/kota itu sudah menetapkan siaga darurat. Dan dua daerah masih dalam proses untuk penetapan kedaruratan,” ungkap dia.

Nana juga mengatakan bahwa penetapan status darurat bencana penting untuk mempercepat penanganan bila terjadi bencana.

Pihaknya meminta para bupati/ walikota untuk memperkuat koordinasi antar-instansi, meningkatkan kesiapsiagaan personel, peralatan, maupun logistik. Selain itu juga mengaktifkan pusat pengendalian operasi (pusdalops) 24 jam.

Sebab, lanjut dia, berdasarkan peringatan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), akan terjadi eskalasi cuaca ekstrem yang merata di seluruh wilayah Jawa Tengah.

Kepala BNPB,  Suharyanto menyatakan,  teknologi modifikasi cuaca yang dilakukan saat ini sudah 10 hari. Meski bisa mengurangi intensitas hujan, namun pihaknya meminta seluruh daerah tidak hanya mengandalkan teknologi tersebut. Pemerintah daerah diminta tetap melakukan mitigasi bencana.

“Tolong juga di daerah masing-masing tetap lebih waspada,” pesannya.

Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno menyatakan, walaupun teknologi modifikasi cuaca dapat mengurangi intensitas hujan, tetap tidak bisa menghilangkan hujan. Karenanya, setiap pemerintah daerah harus betul-betul siaga menghadapi bencana hidrometeorologi.

Share This Article