Ad imageAd image

Teknologi D’Ozone Undip Bantu Petani Wonosobo Simpan Sayuran hingga Dua Bulan

Dickri Tifani
9 Views
5 Min Read
Peluncuran program Ozonisasi Produk Sayuran Petani Wonosobo berlangsung pada Kamis, 12 Desember 2024, di Dusun Reco, Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. (Foto: Istimewa)

INDORAYA – Teknologi D’Ozone yang dikembangkan oleh ilmuwan Universitas Diponegoro (Undip), telah membantu petani di Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng) untuk bisa menyimpan sayuran seperti cabai dan tomat, hingga dua bulan.

Peluncuran program Ozonisasi Produk Sayuran Petani Wonosobo dilaksanakan pada Kamis, (12/12/2024), di Dusun Reco, Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

Acara ini dihadiri oleh Rektor Undip, Wakil Rektor Sumber Daya Manusia Undip, Direktur Utama PT. Dipo Technology, Ketua Center for Plasma Research (CPR), Kepala P2KKN UNDIP, perwakilan dari Bupati Wonosobo, serta perwakilan ICMI Wonosobo, Perwakilan MUI Wonosobo, Kelompok Tani (Poktan) Among Tani, dan Perangkat Desa Reco Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

Produk D’Ozone ini dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi plasma untuk menghasilkan ozon dari udara sekitar, yang bekerja dengan prinsip sterilisasi guna meningkatkan kualitas dan daya simpan produk hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Plasma ozon ini efektif menghambat pembusukan akibat bakteri dan jamur, memperpanjang masa simpan, serta mengurangi kandungan pestisida hingga 90 persen.

Berkat teknologi ini, sayur-sayuran yang hanya bertahan satu minggu, kini dapat bertahan hingga dua bulan, dengan tingkat keamanan konsumsi yang lebih tinggi.

Rektor Undip, Suharnomo, menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi D’Ozone ini menjadi bukti konkret kontribusi kampusnya dalam memberikan solusi nyata bagi masyarakat, terutama di sektor pertanian.

“Undip tidak hanya menjadi menara gading tetapi juga menjadi institusi pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat, sesuai tagline Undip Bermartabat, Undip Bermanfaat,” ujarnya.

Suharnomo, berharap ke depan akan ada kerja sama Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan teknologi D’Ozone ini bagi petani Wonosobo. Ia juga mendukung adanya kegiatan KKN Tematik di wilayah tersebut sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Wonosobo, Mohamad Riyatno menyambut baik dan mengapresiasi teknologi D’Ozone yang dikembangkan Undip.

Meskipun saat ini baru diterapkan di Desa Reco, langkah selanjutnya adalah memperluas manfaatnya ke kelompok tani di desa-desa lain, serta mereplikasi program ini ke kecamatan-kecamatan lain.

“Selain itu, di masa depan, kita juga bisa mencarikan solusi dan rencana tentang storage untuk hasil holtikultura dengan skala yang besar,” ungkap M. Riyatno.

Direktur Utama PT. Dipo Technology, Azwar, menjelaskan selama ini petani di daerah Wonosobo sering mengeluh rendahnya harga hasil panen.

Teknologi ini akan membantu mereka menunda waktu jual hasil panen, serta membuka peluang petani untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing di pasar.

“Produk-produk hortikultura yang telah melalui proses ozonisasi menjadi segar, sehat, dan higienis, serta rendah pestisida. Hal ini juga dapat membantu program Pemerintah yaitu program makan bergizi gratis (MBG) yang diberikan kepada siswa-siswi di sekolah-sekolah,” ucap Azwar.

Sementara itu penemu Teknologi Plasma Ozon dan Ketua Center for Plasma Research (CPR) Undip, Muhammad Nur, menjelaskan bahwa produk D’Ozone merupakan sebuah generator ozon dengan kapasitas 150gram/jam. D’Ozone dapat membunuh bakteri dan menghilangkan pestisida.

“Kami melarutkan ozon ke dalam air dengan menggunakan teknologi Nano Micobubble, kemudian gelembung ini pecah dan larut ke dalam air. Kalau ozon ini dilarutkan ke dalam air, dapat membunuh bakteri dan menghilangkan pestisida. Larutan 0,1 ppm ini sudah bisa membunuh bakteri yang mengakibatkan busuknya produk. Ini yang kita gunakan di Desa Reco Kecamatan Kertek ini,” ungkapnya.

Ia menambahkan produk sayuran hasil treatmen D’Ozone tersebut telah didaftarkan dengan merk Agrozone, sehingga hasil treatment dengan teknologi Nano Microbubble ozon ini terdaftar dengan merk Agrozone.

Pada kesempatan ini, ia juga berharap para petani muda khususnya di daerah Wonosobo, dapat memanfaatkan peluang bisnis ini dan memanfaatkan lahan yang ada di Wonosobo untuk meningkatkan produksi hasil pertanian.

“Hasil produk D’Ozone dapat dijual tidak hanya di pasar-pasar daerah Wonosobo, namun bisa ke luar daerah, bisa masuk ke pasar-pasar modern dan supermarket dan bahkan bisa jadi suatu hari kita akan ada ekspor daerah ini,” paparnya.

Manfaat teknologi D’Ozone telah dirasakan para petani, Among Tani Dwi Haryanto misalnya, bersyukur karena sudah mendapat solusi tentang masalah jatuhnya hasil pertanian. Dengan teknologi D’Ozone, saat harga hasil pertanian jatuh, petani bisa menyimpannya terlebih dahulu, menunggu harga kembali normal.

D’Ozone menjadi contoh nyata hasil kolaborasi antara akademisi Undip, industri, pemerintah, dan komunitas.

Undip berharap teknologi ini berkontribusi pada ketahanan pangan nasional dan pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah dan di Indonesia.

Selain di Wonosobo, dan berbagai wilayah lain di Jawa Tengah produk D’Ozone juga telah dimanfaatkan petani di Jawa Timur, Sumatera Utara dan Kalimantan.

Share This Article