Teatrikal Pertempuran Lima Hari di Semarang Diwarnai Suasana Gelap Gulita dan Dentuman Meriam

Dickri Tifani
37 Views
3 Min Read
Suasana penampilan teatrikal yang dimainkan mahasiswa dan pelajar di Semarang dalam peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang, Sabtu (14/10/2023). (Foto: Dokumen untuk Indoraya)

INDORAYA – Suasana di Kawasan Monumen Tugu Muda Kota Semarang mendadak gelap gulita, pada Sabtu (14/10/2023) malam. Tak hanya suasana itu saja, bunyi dentuman meriam dan senapan terdengar keras di Tugu Muda Kota Semarang.

Ternyata, ada penampilan teatrikal dari mahasiswa dan pelajar asal Kota Semarang dalam peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang pada Sabtu malam kemarin.

Seperti diketahui, peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang itu berlangsung lima hari pada tanggal 14-18 Oktober 1945.

Di tambah, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat atau RS Purasara, yaitu dr Kariadi tewas ditembak oleh tentara Jepang saat akan melaksanakan pemeriksaan tandon air reservoir Siranda.

Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pertempuran yang sangat sengit antara pemuda Semarang dengan tentara Jepang.

Sebelum para mahasiswa dan pelajar beraksi, upacara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang dilaksanakan terlebih dahulu.

Dalam upacara ini, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno bertindak sebagai Inspektur Upacara.

“Alhamdulillah kita bisa kembali memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang. Ini merupakan peringatan momentum heroik yang terjadi pada 14-18 Oktober 1945,” ujar Sumarno.

Pertempuran Lima Hari di Semarang ini, kata dia, peristiwa yang menguji keberanian dan menggambarkan tekad semangat melindungi kemerdekaan.

“Dari pertempuran ini, muncul semangat persatuan dan kesatuan yang patut kita renungi nilai-nilainya, perjuangan mendapatkan kemerdekaan yang harus selalu kita jaga,” imbuhnya.

Tidak hanya mengenang peristiwa berdarah di medan perang, lanjut Sumarno, tetapi tentang mengambil pelajaran berharga, kebersamaan dan nilai gotong royong. Semangat perlawanan pejuang kala itu adalah tekad perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

“Generasi muda harus belajar tentang perjuangan. Semangat inilah yang membawa kita dalam kebebasan. Kita harus memastikan agar generasi muda menghormati dan memuliakan para pejuang. Terus memelihara warisan dan nilai-nilai perjuangan. Demi kemajuan bangsa dan negara,” katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu juga mengajak generasi di Kota Semarang untuk tahu dan meneladani sejarah perjuangan para pahlawan.

“Anak-anak harus tahu sejarah masa lalu, sejarah yang ada di Kota Semarang. Kemudian mengingat dan meneladani perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan,” kata Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang.

Menurutnya, sebagai generasi penerus bangsa, harus dapat meneladani dan memaknai nilai-nilai perjuangan para pahlawan yang telah gugur. Khususnya pada Pertempuran lima hari di Semarang.

“Anak-anak muda sebagai generasi penerus bangsa, harus memiliki landasan kuat dan ikut serta dalam pembangunan. Khususnya di Kota Semarang,” ucapnya.

Selain itu, Ita mengungkapkan bahwa di wilayahnya masih banyak pejuang kemerdekaan yang namanya telah diabadikan. Salah satunya, dr Kariadi dan mantan Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro.

“Dokter Kariadi yang namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit. Ada pula KRMT Wongsonegoro, yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit daerah di Kota Semarang. Dari merekalah nilai perjuangan harus diteladani oleh generasi muda,” paparnya.

Share This Article