INDORAYA – Hingga kini publik masih digegerkan dengan aksi konvoi sekelompok orang yang membagikan pamplet selebaran berupa ajakan pendirian negara khilafah di Brebes beberapa hari lalu.
Aksi yang dilakukan oleh massa yang menyebut diri sebagai Jemaah Khilafatul Muslimin ini mendapat kecaman dan komentar dari berbagi tokoh masyarakat.
Waki Ketua MPR RI Ahmad Muzani ikut angkat bicara soal aksi kelompok Khilafatul Muslimin yang menghebohkan publik akhir-akhir ini. Ia menyerahkan persoalan tersebut ke proses hukum.
“Gerakan itu biar hukum yang nanti akan bicara,” jawab Muzani saat dimintai tanggapan terkait gerakan Khilafatul Muslimin usai melakukan ziarah ke makam KH Muslim Rivai Imampuro atau Mbah Lim di Ponpes Al Muttaqien Pancasila Sakti, Desa Troso, Karanganom, Klaten, Rabu (08/06/02).
Lebih lanjut, Muzani menyebut bahwa gerakan-gerakan pendirian negara khilafah itu tidak sejalan dengan spirit nasionalisme seperti yang dipesankan Mbah Liem.
Ia mengingatkan pesan Mbah Liem, kiai kharismatik asal Klaten, bahwa menjaga persatuan NKRI dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila merupakan tanggung jawab seluruh warga negara.
“Inilah yang selalu aktual diingatkan dan dipesankan Mbah Liem bahwa menjaga NKRI dan Pancasila dasar negara tidak boleh berhenti, tidak boleh lelah atau merasa kalah,” kata Sekretaris Jenderal Partai Gerindra itu.
Menurutnya, munculnya kembali gerakan khilafah merupakan bagian dari dinamika dan tantangan kehidupan bangsa Indonesia.
“Karena tantangan akan terus berbeda, setiap generasi akan muncul. Setiap zaman ada tantangan, setiap tantangan ada zamannya. Dan kita harus kuat, tahan, dan sabar memperjuangkan NKRI,” ucap Muzani.
Pada kunjungan ke Ponpes Al Muttaqien Pancasila Sakti Rabu (08/06/22) lalu, Muzani ditemani oleh rombongan kader Partai Gerindra, baik tingkat DPC Klaten, DPD Jateng, serta DPP.
Di sana, Muzani dan rombongan berziarah dengan membacakan Tahlil serta menaburkan bunga di makam Mbah Liem. Kunjungan tersebut juga disambut hangat oleh Ketua Yayasan Pancasila Sakti, KH Syaifuddin Zuhri.