INDORAYA – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Wilayah VI mencatatkan bahwa jumlah masyarakat Jawa Tengah (Jateng) yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan mencapai 37,8 juta orang.
Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 9,1 juta orang status kepesertaannya tidak aktif akibat tidak membayar iuran sesuai prosedur yang ditetapkan.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan Wilayah VI, total peserta yang terdaftar hingga 31 Desember 2024 sebanyak 41,5 juta jiwa, terdiri dari 37,8 juta jiwa dari Jateng dan 3,7 juta jiwa dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Deputi Direksi Wilayah VI BPJS Kesehatan, Mulyo Wibowo, menjelaskan bahwa dari total 41,5 juta peserta, sekitar 76,5 persen atau 32,1 juta jiwa ialah peserta yang aktif membayar iuran. Adapun sisanya tidak aktif karena tidak melakukan pembayaran.
“Untuk Jateng sendiri, dari 37,8 juta jiwa, yang aktif sekitar 28,7 juta jiwa,” kata Mulyo kepada wartawan, Jumat (1/1/2025).
Mulyo bilang, seharusnya semua peserta yang terdaftar di BPJS Kesehatan harus aktif dan membayar iuran. Hal ini penting untuk memastikan layanan kesehatan dapat diberikan dengan lancar.
Sehingga, katanya jika ada peserta yang membutuhkan pengobatan di fasilitas kesehatan sewaktu-waktu mereka dapat langsung mendapatkan penanganan.
“Karena yang tidak aktif bisa diberikan sanksi, pertama tentu non-aktif. Kemudian, jika membutuhkan biaya rawat inap, akan dilakukan sharing biaya sebesar 5 persen dari total biaya yang dikeluarkan dikali dengan tunggakan berapa bulan,” katanya.
Namun, dia mengakui bahwa kondisi ekonomi setiap individu berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi BPJS Kesehatan Wilayah VI dalam meningkatkan angka keaktifan peserta.
Oleh karena itu, BPJS Kesehatan menargetkan adanya peningkatan keaktifan peserta secara bertahap, dengan target 75% pada tahun 2024 dan minimal 80% pada tahun 2025.
“Target 2024 itu 75 persen. Dan minimal, keaktifan kepesertaannya naik menjadi 80 persen pada tahun 2025,” harap Mulyo.
Peningkatan keaktifan peserta ini diharapkan dapat mendukung biaya pelayanan kesehatan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Semakin banyak peserta yang aktif, maka semakin baik pula dalam menanggulangi biaya klaim kesehatan di Jateng.
“Jangan sampai pelayanan tinggi, tetapi yang aktif semakin rendah. Terutama bagi peserta yang merasa sehat, kadang mikir ngapain bayar iuran, ini jadi tantangan kita, karena ansuransi sifatnya gotong-royong, tak hanya dibutuhkan kita, tapi bisa juga keluarga maupun orang lain,” tandasnya.