INDORAYA – Hasil Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami kenaikan. Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengalami kondisi stagnasi dalam beberapa bulan terakhir sedangkan Anies Baswedan semakin turun.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menambahkan dalam simulasi tiga nama calon presiden (Capres) 2024, suara Ganjar masih tertinggi dengan 36,8%. Disusul Prabowo 27% Anies 26,8% dan 9,4% sementara suara lainnya mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.
“Ganjar meskipun di peringkat pertama, itu juga tidak terlalu besar. Bahkan dalam beberapa bulan pun cenderung mengalami stagnasi. Pak Prabowo yang awalnya dianggap tinggal menunggu waktu untuk terlempar dalam persaingan, ternyata kompetitif lagi di beberapa bulan,” kata Burhanuddin dalam acara daring, Minggu (26/3/2023).
Sementara itu apabila melihat grafik survei Indikator politik dalam lima bulan terakhir, elektabilitas Ganjar masih belum stabil. Pada Oktober 2022, elektabilitasnya tembus 35,1%.
Kemudian turun menjadi 33,9% pada November 2022. Pada Desember 2022, elektabilitas kembali naik menjadi 35,8%.
Lalu, elektabilitas naik lagi jadi 37,4 pada Februari 2023. Tapi kemudian turun menjadi 36,8% pada Maret 2023.
Sementara Prabowo 26,3% pada Oktober 2022. Kemudian turun menjadi 23,9% pada November 2022; naik menjadi 26,7% pada Desember 2023. Lalu turun pada Februari 2023 menjadi 24,1%, dan naik menjadi 27% pada Maret 2023.
Sedangkan Anies mendapatkan 28,3% pada Oktober 2022 dan mengalami kenaikan signifikan menjadi 32,2% pada November 2022. Kemudian turun menjadi 28,3% pada Desember 2022; naik menjadi 29,4% pada Februari 2023, dan kembali turun menjadi 26,8% pada Maret 2023.
“Mas Anies yang sempat mendapatkan momentum setelah dicapreskan NasDem, bahkan mendapatkan dukungan dari partai Demokrat dan PKS ternyata malah melemah,” kata dia.
Adapun temuan survei nasional ini dilakukan selama periode Februari-Maret 2023. Responden survei merupakan WNI berusia 17 tahun ke atas yang memiliki hak pilih pada Pemilu.
Responden survei terpilih diwawancarai secara tatap muka dan berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Kemudian, penarikan sampel survei ini menggunakan metode multistage random sampling.
Dalam periode 9-16 Februari 2023, jumlah sampel sebanyak 1.220 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan sekitar kurang lebih 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Sementara survei dalam periode 12-18 Maret 2023, jumlah sampel sebanyak 800 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 800 responden memiliki toleransi kesalahan sekitar kurang lebih 3,5% pada tingkat kepercayaan 95%.