Pasalnya sumur yang konon berusia lebih dari 180 tahun ini memiliki kisah sejarah panjang yang berperan penting dalam perjalanan hidup masyarakat Kota Semarang.
Namun kini, nasib sumur tua yang memiliki kedalaman hingga 71 meter itu tertutup rapat seiring adanya pembangunan Kotta Hotel yang terletak persis di sampingnya.
Founder Kotta Hotel Kevin Adi Rasanto saat ditemui usai acara Opening Ceremony Kotta Hotel pada Senin (18/07/22) malam, mengaku bahwa pihaknya yang telah menutup muka sumur tersebut.
Akan tetapi Kevin menyebut bahwa penutupan ini dilakukan sebagai upaya merawat dan menjaga kebersihan air di dalamnya.
Ia menuturkan, saat proses pembangunan toilet hotel, terjadi kebocoran pada sumur. Sehingga pihak hotel menutupnya agar tidak ada sampah yang masuk.
“Dulu ada kebocoran waktu kami mengerjakan toilet. Nah saat hujan lebat kotor sekali, jadi kita bantu rapikan supaya sampah dan kotoran tidak masuk,” ungkap Kevin.
Ia melanjutkan, terkait penutupan sumur tua itu pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang.
“Kalau terbuka (sumurnya:red) nanti sampah pada masuk, kan sayang. Kami sudah koordinasi juga sama Bu Ita (Red: Hevearita G Rahayu),” ujarnya.
Sebagai informasi, sebelum ditutup awal tahun lalu, di dekat sumur itu juga dibangun toilet umum permanen pada 2019. Jarak antara septic tank dan sumur hanya sekitar 3 meter.
Serdasarkan pantauan di lokasi, muka sumur tua Kota Lama ini tertutup beton. Sedangkan di atasnya dipasang lempeng besi berwarna kuning yang bisa dibuka dan ditutup.
Sementara itu, saat dikonfirmasi terkait alasan penutupan, Ketua BPK2L Semarang Hevearita G Rahayu juga mengatakan hal serupa dengan Kevin. Penutupan ini untuk merawat kebersihan agar tidak ada kotoran yang masuk ke sumur.
Lebih lanjut, Mbak Ita, sapaan akrabnya menyebut bahwa meskipun memiliki nilai sejarah, akan tetapi sumur tua itu bukan termasuk cagar budaya.
“Memang dulu dipakai buat mengambil air, tapi kami sudah mendapatkan surat dari balai cagar budaya bahwa sebenarnya itu bukan termasuk cagar budaya,” ucapnya saat dikonfirmasi usai menghadiri peresmian Kotta Hotel, Senin (18/07/22) malam.
Meskipun begitu, pihaknya akan tetap menjaganya serta mengembalikan fungsinya sebagai sumber penghasil air yang dapat dimanfaatkan warga setempat.
Terkait rencana itu, BPK2L akan berkoordinasi dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang.
“Nanti bisa diperbaiki lagi, untuk mengembalikan fungsinya atau mengembalikan bentuknya semula. Tapi mungkin ditutupnya dengan model kayu, kalau ini kan beton,” ujar Mbak Ita yang juga Wakil Wali Kota Semarang.