Ad imageAd image

Siap Tampil, Ratusan Penari di Jateng Merasa Dirugikan Lomba Tari Batal Digelar

Athok Mahfud
3 Views
3 Min Read
Ratusan penari merasa kecewa dan tertipu karena lomba tari tradisional yang digelar Semarang Economy Creative di Taman Indonesia Kaya, Jumat (20/12/2024), batal digelar. (Foto: Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Ratusan penari cilik bersama pelatih dari berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng) merasa tertipu dan dirugikan karena lomba tari tradisional yang digelar Semarang Economy Creative batal digelar.

Jika mengacu rundown, lomba ini digelar di Taman Indonesia Kaya Semarang, Jumat (20/12/2024) pukul 09.00 WIB. Namun hingga siang hari, panitia dan dewan juri tidak hadir di lokasi. Perlengkapan seperti soundsystem juga tidak tersedia di lokasi.

Padahal ratusan penari sudah memenuhi Taman Indonesia Kaya sejak pagi hari dan siap tampil. Mereka mengenakan pakaian dan atribut tari tradisional dengan wajah berhias make-up.

Dalam acara lomba tari ini, peserta yang akan menang mendapatkan hadiah piala gubernur, sertifikat, dan uang pembinaan.

Namun atas kejanggalan event lomba ini, sebagian peserta mendatangi Kantor Gubernur Jateng untuk meminta kejelasan karena lomba ini mengatasnamakan piala gubernur.

Juju Jumarni (30), salah satu pelatih tari dari Kota Semarang mengatakan, peserta lomba ini berjumlah 35 kelompok yang berisi ratusan orang. Dia bilang, sebagian peserta sudah datang ke lokasi dan siap tampil.

“Ada yang di taman, ini cuma sebagian, masih ada yang di rumah karena kan jadwalnya nanti sampai sore, sudah dibagi undiannya. Jadi otomatis berangkatnya kan sesi pagi itu sudah ada yang di sini, sesi siang kan habis zuhur baru ke sini ya,” katanya di lobi Kantor Gubernur Jateng.

Pihaknya merasa ditipu dan dirugikan karena hingga siang hari acara belum dimulai dan panitia belum datang. Padahal segala hal sudah dipersiapkan dengan matang, termasuk fisik, mental, dan juga pembiayaan.

“Kita persiapannya juga lama, bayar, terus make up-nya, kostumnya waktunya itu loh, udah latihan. Kalau dewasa masih kita bisa lah ngomong, tapi kalau anak-anak kalau kecewa kan membekas,” ungkap Juju.

Atas kejadian ini, pihaknya meminta panitia membayar ganti rugi karena banyak hal yang dikorbankan. Terutama soal biaya, waktu, dan tenaga pelatih dan penari.

“Kalau bisa empat kali lipat, karena kita persiapan latihan, persiapan untuk properti, dan lain lain itu mahal. Kalau tari gitu loh latihannya aja udah berbulan-bulan,” imbuh Juju.

Sementara itu Ketua Panitia lomba tari tradisional Semarang Economy Creative, Mei tidak mau berkomentar dan menjelaskan banyak hal terkait pelaksanaan lomba yang dianggap janggal tersebut.

Panitia hanya menawarkan dua opsi. Pertama peserta yang masih di lokasi bisa melanjutkan perlombaan. Kedua bagi yang sudah terlanjur pulang panitia memberikan kompensasi.

“Peserta yang sudah ada di sini lombanya kita lanjutkan karena jurinya ada. Solusi kedua yang sudah terlanjur pulang ya sudah nanti kompensasi,” ungkap Mei.

Share This Article