Ad imageAd image

Sepanjang Tahun 2022, Sebanyak  4.778 PNS menderita TBC

Redaksi Indoraya
By Redaksi Indoraya 602 Views
2 Min Read
Ilustrasi PNS (Foto: Istimewa)

INDORAYA – Sepanjang tahun 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut sebanyak 4.778 pegawai negeri sipil (PNS) menderita Tuberkulosis (TBC).

Rinciannya sebanyak 3.081 kasus pada kelompok guru atau dosen, 1.221 kasus pada TNI/Polri dan 739 kasus pada tenaga profesional medis, serta 298 kasus pada tenaga profesional non medis.

“Jadi sepertinya memang sistem informal yang kita perlu sasar lebih bagus,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi dalam acara daring ‘Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2023’, Jumat (17/03/2023).

BACA JUGA:   Kemenkeu Pecat Rafael Alun

Berdasarkan temuan Kemenkes, angka penderita Tuberkulosis (TBC) di Indonesia paling banyak ditemukan pada kelompok pekerjaan buruh.

Rinciannya, 54.487 kasus TBC pada kategori pekerjaan buruh. Kemudian 51.941 kasus pada kelompok pekerja petani, peternak, atau nelayan.

Kemudian 44.299 kasus TBC pada kelompok pekerjaan wiraswasta, dan 37.235 kasus di kalangan pegawai swasta, BUMN/BUMD.

Sementara pada kasus TBC resisten obat (RO), kategori pekerjaan dengan kasus paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 751 kasus. Disusul buruh 635, pegawai swasta atau BUMN/BUMD 564, serta petani, peternak, atau nelayan 415.

BACA JUGA:   1.475 Suspek TBC Ditemukan di Kudus Jawa Tengah

Selanjutnya 136 kasus TBC-RO pada kelompok PNS, 62 kasus pada guru atau dosen, 58 kasus kelompok supir. Lalu TNI/Polri 27 kasus, tenaga profesional medis 18, dan tiga kasus TBC-RO pada tenaga profesional nonmedis.

TBC-RO merupakan infeksi yang menyerang tubuh akibat bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang kebal obat. Terjadi dari proses pengobatan yang tidak benar atau tidak sesuai.

Imran juga melaporkan angka keberhasilan pengobatan TBC dari kelompok-kelompok pekerjaan yang sebelumnya disebutkan. Paling banyak dari tenaga profesional medis, dan terakhir wiraswasta dan pekerja informal lainnya.

BACA JUGA:   Wali Kota Semarang Minta Dinkes Konsisten Upaya Penanganan TBC

Imran menganggap tingkat edukasi sangat penting dalam proses pengobatan TBC ini. Sebab masih banyak masyarakat yang tidak tahu terkait gejala dan cara penyembuhannya.

“Edukasi itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan TBC. Jadi gambarannya orang yang TBC akan membuat dia dan keluarganya akan bisa lebih miskin, dan orang-orang miskin akan susah keluar dari lingkaran setan ini,” kata Imran.

Share this Article
Leave a comment