INDORAYA – Raut wajah ceria dengan senyum merekah ditunjukkan oleh Supatmi Badriyah, warga RT 02 RW 04 Kelurahan Petompon Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
Lansia berusia 57 tahun itu tidak bisa menutupi rasa senangnya saat dirinya mendapatkan bantuan bedah rumah dari Kwartir Cabang Gerakan Pramuka (Kwarcab) Kota Semarang, Kamis (25/8/2022).
Rumah tak layak huni (RTLH) berukuran 9 x 12,5 meter milik Supatmi telah selesai direnovasi bagian dinding dan atapnya. Kini rumah itu sudah bisa dihuni lagi bersama kedua anak dan satu cucunya.
Ia menceritakan rumah itu merupakan peninggalan orang tuanya yang dibangun sejak tahun 1965. Sebelum direnovasi, dinding rumah tersebut retak dan hampir jebol lantaran usianya yang sudah tua.
“Tinggal di sini dari kecil sejak saya lahir. Ini peninggalan orang tua sebetulnya, karena sudah tua temboknya itu kemarin hampir jebol,” tutur Supatmi menceritakan kondisi rumahnya.
Ia sangat bersyukur mendapatkan bantuan bedah rumah. Ia berharap rumah yang baru saja direnovasi tersebut dapat membuat kehidupan keluarganya lebih sehat dan sejahtera.
“Ke depannya saya berharap bisa lebih bersih dari kemarin dan lebih sehat juga. Karena saya sudah tua harapannya tetep sehat biar bisa mencari nafkah,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua Kwarcab Kota Semarang Adi Tri Hananto mengatakan bahwa bantuan bedah rumah ini merupakan wujud aplikasi program pengabdian kepada masyarakat.
Adi menyebutkan renovasi rumah yang membutuhkan waktu 10 hari ini dapat terlaksana dengan baik lantaran dana hibah dari Pemkot Semarang senilai Rp 23,6 juta.
“85 persen kegiatan Pramuka itu untuk pengabdian masyarakat. Inilah yang kami galakkan bersama Bapak Wali Kota dengan membuat sehat rumah-rumah warga Semarang,” ujarnya.
Lebih lanjut, terlaksananya renovasi rumah ini juga berkat bantuan gotong-royong dari warga Kelurahan Petompon yang tidak bisa dinominalkan dengan uang.
Selain membantu warga kurang mampu, program bedah rumah Kwarcab Kota Semarang juga bertujuan untuk mewujudkan konsep bergerak bersama yang digalakkan oleh Pemkot Semarang.
“Kerja bakti itu kalau dirupiahkan nilainya bisa melebihi Rp 23,6 juta. Ada tenaga, pemikiran, bahkan material yang dikeluarkan. Maka nilai yang paling penting adalah membangkitkan gotong-royong masyarakat,” ungkap Adi.