Salah Satu Sumur Tertua di Kota Semarang Kini Sudah Terbengkalai

Panji Bumiputera
27 Views
6 Min Read
INDORAYA – Di kawasan Kota Lama Semarang terdapat sebuah sumur tua yang dahulu digunakan oleh pedagang Pasar Johar untuk mengambil air. Lokasinya berada di sisi timur Taman Srigunting Kota Lama.
Meski semula banyak digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, kini sumur tersebut tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan airnya pun cenderung bau dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Menurut salah satu pengamat sejarah, Tjahyono Sobokarti permasalahan perubahan air sumur menjadi keruh itu pun sampai saat ini, masih diteliti oleh para ahli. Dengan adanya perubahan air itu menjadi faktor utama masyarakat sudah tidak menggunakan sumur tersebut.

Perubahan air itu pun, seiringan dengan pembangunan hotel yang berada di Kawasan kota lama. Sebab saat pembangunan hotel itu, sempat juga dilakukan penutupan saluran air. Hingga tercemarnya air sumur itu, Dia menduga hal itu yang menjadi penyebab air menjadi rusak.

“Saat ini ada masalah karena kemudian  masih diteliti air itu menjadi keruh bau, tidak bisa dipakai. Bersamaan dengan pembangunan hotel kota, malah kemudian oleh hotel kota sumur itu ditutup. Masyarakat tidak mengambil satu airnya keruh bau dan ditutup tidak bisa dipakai oleh masyarakat ,” kata Tjahyono saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat(8/7/2022).

Dengan tercemarnya air sumur, pria yang  juga menjadi salah satu dosen di Universitas Katolik Soegijapranata Kota Semarang, menyayangkan hal itu bisa terjadi. Dia menuturkan bahwa sumur itu memiliki jasa dan nilai sejarah untuk kota Semarang.

Tjahyono menjelaskan sumur itu, menjadi salah satu sumur tertua yang berada di Kota lama Semarang. Sumur yang dibangun pada pertengah  abad ke 19 pada saat kolonial Belanda, untuk menjadi sumur pertama digunakan untuk mengatasi wabah pes yang sempat menyerang warga kota Semarang, karena waktu dulu masyarakat dulu belum memilih air yang cukup baik.

“Sumur yang pertama kali dibangun  itu adalah sumur yang ada di kota Lama tahun 1781 setelah itu ada beberapa sumur lain yang dibangun di kota semarang, tapi itu untuk mengatasi penyakit pada waktu itu karena masyarakat tidak memiliki sumber air yang baik,”ujarnya.

Pada saat itu pun, masih banyak masyarakat yang belum memiliki sumber air lain, selain sumur yang dibangun waktu dulu.

“karena waktu itu belum ada air pam, jadi orang semua ambil air dari situ,”ucapnya.

Sumur itu, lanjut ia, sempat juga digunakan sebagai pemasok air untuk kapal-kapal yang berada di pelabuhan Tanjung emas. Sehingga pemerintah waktu itu membangun pipa-pipa air yang mengarah ke arah jembatan mberok untuk bisa di saluran menuju kapal tongkang yang menunggu di sungai mberok untuk bisa dibawa menuju ke pelabuhan Tanjung emas.

“kemudian sumur itu jadi sumber air, ataupun menjadi pasokan air di kapal-kapal yang ada di pelabuhan kota Semarang jadi kapal yang berlabuh di pelabuhan kota Semarang butuh air,”jelasnya.

Tidak hanya untuk kapal saja, dia mengatakan air sumur yang dikenal tidak pernah mengalami surut. Air sumur itu juga sempat digunakan oleh pihak pemadam kebakaran untuk memadamkan api di pasar Johar pada tahun 2015.

“Pada waktu kebakaran pasar johar itu mobil kebakaran itu beberapa kali bolak balik ambil air dari sumur itu dan sumur itu enggak kering juga beberapa kali diambil untuk memadam api ke pasar johar,”tuturnya.

Dengan melihat jasa dan nilai sejarah yang dimiliki oleh sumur itu, dia meminta kepada pihak pemerintah kota Semarang untuk bisa memasukan sumur itu kedalam salah satu cagar budaya guna masyarakat bisa lebih mengetahui nilai sejarah yang dimiliki hingga tidak dianggap hanya sumur biasa.

“Ini sumur yang punya nilai macam-macam, sampai saat ini  belum masuk cagar budaya  karena itu bagian penting kota lama dan kota Semarang.Kalau kami, karena berjasa dan bersejarah ditetapkan saja sebagai cagar budaya, dikembalikan seperti kondisi semula dan bisa diberi keterangan atau penjelasan supaya masyarakat di situ tidak menganggap sumur biasa,”pesannya.

Rasa sedih pun juga sempat dirasakan oleh Mulyono(62) warga Semarang Utara yang menyesalkan bahwa sumur itu, sudah tidak lagi digunakan oleh masyarakat. Pasalnya sumur yang dia tau sejak kecil itu waktu dulu sering digunakan sebagai salah satu sumber air untuk kegiatan sehari-hari.

“Dari kecil sudah ada sumur ini, dulu dipakai warga sekitar, dan banyaknya juga warga luar, Sering sekali dipakai para pedagang johar jaman dulu sebelum kebakaran,”ucapnya

Untuk saat ini kondisi, sumur yang ada sudah dari tahun 1814. Sudah hampir tidak terlihat, sebab beton dan plat besi menutupi bibir sumur tersebut. Sehingga membuat masyarakat maupun para wisatawan Kota Lama Semarang tak bisa lagi melihat bentuk sumur pada umumnya, ataupun tidak bisa mengetahui bahwa sumur itu tidaklah sumur sembarang, melain sumur yang memiliki nilai sejarah dan berjasa untuk Kota Semarang.

Share This Article