Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Pantura Jateng Terancam Gagal Panen Imbas Banjir

Athok Mahfud
8 Views
3 Min Read
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Supriyanto. (Foto: Dok. Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah (Jateng) mencatat ada sebanyak ribuan lahan pertanian yang dibayang-bayangi ancaman gagal panen imbas cuaca ekstrem yang berujung banjir.

Lahan pertanian tersebut ada di lima daerah di wilayah Pantura Jateng yang terdampak banjir pada pekan lalu. Meliputi Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Jepara, dan Pati.

Data Distanbun Jateng per 15 Maret 2024 menunjukkan bahwa sebanyak 4.381 hektare lahan padi di Grobogan dengan umur padi 5 hingga 100 hari setelah tanam (HST) tergenang banjir.

Tidak hanya itu, sebanyak 152 hektare lahan komoditas jagung juga terancam gagal panen akibat terendam air. Selain itu komoditas bawang merah juga terdampak.

“Komoditas bawang merah juga terdampak, lahan yang terkena banjir di Grobogan seluas 84 hektare,” ujar Kepala Distanbun Provinsi Jateng, Supriyanto saat dikonfirmasi, Selasa (19/3/2024).

Selanjutnya banjir di Kabupaten Demak menyebabkan 1.621 hektare lahan padi dengan umur 10 sampai 90 HST serta 765,76 hektare lahan bawang merah juga terancam tidak bisa dipanen.

Untuk Kabupaten Kudus ada 2.776 hektare lahan padi dengan umur 10 hingga 90 HST yang tergenang air. Sejumlah komoditas lainnya seperti melon dan cabai juga terendam banjir.

“Ada 63 hektare lahan melon dan 4 (empat) hektare lahan cabai yang terdampak di Kudus,” ungkap Supriyanto.

Sementara di Kabupaten Jepara, lahan padi seluas 1.989 hektare dengan umur 30 hingga 80 HST yang tergenang banjir juga terancam tidak bisa dipanen.

Dampak paling parah ada di Kabupaten Pati. Sebanyak 6.931 hektare lahan padi di kabupaten tersebut tergenang akibat banjir.

“Di Pati ada 6.961,4 hektare lahan padi yang terdampak, dengan umur padi 10 sampai 80 HST. Ada juga lahan jagung dengan luas 153,1 hektare tergenang di Pati,” ujar Supriyanto.

Dia bilang bahwa banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada pekan lalu. Selain itu juga jebolnya sejumlah tanggul sungai karena tidak kuat menampung tingginya debut air.

Menurut Supriyanto, data itu masih akan terus berjalan, mengingat kondisi banjir yang belum surut. Meski lahan tergenang, namun pihaknya belum bisa memastikan apakah tanaman itu akan rusak hingga menyebabkan gagal panen.

“Selain itu ada sungai yang tidak bisa menampung air dan tanggul Sungai Lusi yang jebol lagi. Upaya saat ini kami melakukan pendataan dan fasilitasi sarana penanganan banjir,” tandasnya.

Share This Article