INDORAYA – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah nomor urut 1, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi merespon soal para peternak, peloper, pengepul susu di Kabupaten Boyolali yang melakukan aksi membuang ribuan liter susu sapi.
Total ada sebanyak 50 ribu liter susu yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Winong, Boyolali, pada Sabtu (9/11/2024). Susu tersebut dibuang karena tidak terserap industri pengolahan susu imbas kebijakan pembatasan kuota.
“Masalah utamanya kan produksinya tidak terserap,” kata Andika Perkasa saat konferensi pers usai debat kedua Pilgub Jateng 2024 di MAC Ballroom Kota Semarang, Minggu (10/11/2024) malam.
Oleh sebab itu, Andika menawarkan program pemberian insentif untuk pelaku usaha yang mampu menciptakan hilirisasi. Dia mendorong terbentuknya usaha-usaha yang bisa memproses susu menjadi barang jadi, sehingga peternak memiliki alternatif lain.
“Jadi menurut saya memang salah satu insentif yang kami berikan adalah usaha-usaha yang menciptakan hilirisasi. Misalnya produk susu, kalau pembelinya hanya satu, misalnya pabrik yang langsung memproses maka tidak ada bergaining power,” kata dia.
“Tapai kalau ada usaha-usaha lain yang memproses susu menjadi barang agak lebih jadi daripada susu, maka peternak ini memiliki alternatif, dia bisa jual ternak,” imbuh Andika.
Dia mengungkapkan sejumlah program yang dia usung untuk menyerap lebih banyak hasil peternakan maupun potensi lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal di Jawa Tengah.
“Itulah yang akan kami lakukan, sehingga insentif pengurangan pajak, retribusi, perizinan yang lebih dipermudah, sedemikian rupa sehingga usaha-usaha yang akan menyerap dan memproses lebih banyak,” kata Andika.
“Sehingga para peternak punya pilihan apakah menjualnya ke pabrik yang biasanya mereka jual atau tidak. Masalahnya adalah kuota yang dilakukan (dibatasi) oleh pabrik sehingga tidak bisa dibeli,” imbuh mantan Panglima TNI tersebut.
Sementara Hendrar Prihadi alias Hendi menambahkan, pihaknya akan mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menciptakan pasar yang lebih luas guna menggenjot potensi berbagai sektor di Jawa Tengah, termasuk peternakan.
“Kedu adalah pengolahan dari hasil panen tersebut, sehingga produk-produk tersebut punya nilai tambah dan kemudian mempunyai masa supaya awet sebelum dijual pada harga yang lebih baik,” kata mantan Wali Kota Semarang itu.