Ratusan Wanita Thailand Jadi Korban Ternak Sel Telur Manusia

Redaksi Indoraya
37 Views
2 Min Read
Ilustrasi ibu hamil. (Foto: istimewa)

INDORAYA – Tiga wanita asal Thailand berhasil diselamatkan setelah menjadi korban perbudakan dalam bisnis perdagangan sel telur manusia di Georgia. Mereka tertipu dengan janji pekerjaan sebagai “ibu pengganti”.

Menurut laporan Reuters, salah satu korban mengaku mendapat informasi pekerjaan sebagai ibu pengganti melalui media sosial. Dia dijanjikan pekerjaan dan tempat tinggal bersama keluarga di Georgia, dengan gaji 25 ribu baht (sekitar Rp12 juta) per bulan.

Setelah setuju dengan tawaran tersebut, korban dibawa ke Georgia melalui Dubai dan Armenia oleh dua warga negara Tiongkok.

“Mereka membawa kami ke rumah yang dihuni sekitar 60 hingga 70 wanita Thailand. Di sana, para wanita mengatakan tidak ada kontrak yang jelas,” ungkapnya dalam konferensi pers di Thailand baru-baru ini.

Korban juga menceritakan bahwa di tempat tersebut, wanita-wanita yang dikurung disuntik hormon untuk merangsang produksi sel telur, kemudian dibius dan sel telur mereka diambil menggunakan mesin setiap bulan.

Sel telur yang dikumpulkan diduga dijual dan diperdagangkan ke luar negeri untuk digunakan dalam program bayi tabung (IVF).

“Saat kami mengetahui kenyataan yang berbeda dari apa yang dijanjikan, kami merasa takut dan mencoba menghubungi keluarga kami di Thailand,” tambahnya.

Para korban mengatakan mereka sering berpura-pura sakit agar sel telur mereka tidak diambil oleh sindikat tersebut. Paspor mereka disita, dan mereka diancam akan dipenjara jika mencoba melarikan diri.

Organisasi non-pemerintah Thailand, Pavena Hongsakul Foundation for Children and Women, membantu memulangkan ketiga wanita tersebut.

Pendiri Pavena Foundation, Pavena Hongsakul, mengungkapkan bahwa sindikat ini pertama kali terungkap setelah korban lain yang dibebaskan pada September 2024 membayar 70 ribu baht (sekitar Rp33 juta) kepada sindikat tersebut.

Menurut para korban, masih ada ratusan wanita yang terjebak di sana karena tidak mampu membayar biaya pembebasan mereka.

Diperkirakan sekitar 100 wanita lainnya yang menjadi korban perdagangan manusia masih terperangkap di Georgia.

Otoritas Thailand dan Georgia saat ini sedang menyelidiki jaringan perdagangan manusia ini, dengan memeriksa empat warga negara asing yang terlibat dalam kasus tersebut.

Share This Article