Ad imageAd image

Ratusan Hewan Ternak di Kota Semarang Terserang LSD

Dickri Tifani
By Dickri Tifani 794 Views
2 Min Read
Ilustrasi hewan ternak yang berada di Gunungpati, Kota Semarang, Selasa (6/6/2023). (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang menyebut 455 hewan ternak di Kota Semarang terserang penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Dipertan Kota Semarang Hernowo Budi Luhur, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/6/2023).

Menurut Hernowo, jika tahun lalu terdapat Penyakit Mulut dan Kaki yang menyerang hewan ternak. Saat ini, kata dia, kasusnya sudah mulai menurun.

Meski sudah menurun, Hernowo menyebut tahun ini ditemukan wabah baru yakni Lumpy Skin Disease atau LSD yang menyerang hewan ternak. Bahkan, jumlah hewan yang terserang penyakit tersebut mencapai ratusan ekor.

BACA JUGA:   Disdik Buka Suara Atas Dugaan Oknum Kepala Sekolah di Kota Semarang Selingkuh di Ruang Kerja

“LSD sampai saat ini tercatat cukup tinggi, sekitar 455 ekor. Tapi, kita tahu bahwa ternak di Kota Semarang silih berganti karena peternak kita jadi pedagang. Jadi kadang-kadang terkena LSD, tahu-tahu sudah hilang hewan ternaknya entah terjual atau lain sebagainya,” ujar Hernowo.

Selain penyakit LSD, Hernowo menjelaskan Penyakit Peste Des Petits Ruminants (PPR) kini perlu diwaspadai karena menyerang hewan ternak jenis kambing dan domba.

“Surat edaran dari kementerian malah ada hal lagi yang perlu diwaspadai yaitu PPR. Dimana, PPR lebih banyak menyerang ke kambing dan domba,” jelas dia.

BACA JUGA:   Memasuki Puncak Kemarau, Sumber Mata Air di Kota Semarang Susut Hingga 30 Persen

Sementara terkait penyakit LSD pada hewan ternak, menurut Hernowo gejalanya hampir mirip dengan PMK. Misalnya, ada leleran di hidung, diare hingga demam tinggi.

“Berdasarkan literatur yang saya baca, LSD lebih banyak menyerang kambing dan domba. Gejalanya mirip dengan PMK karena ada leleran di hidung diare dan demam tinggi,” paparnya.

Dipastikannya, penyakit LSD tidak terlalu bahaya seperti PMK. Justru, PPR dinilai sangat berbahaya karena dampak kematian hewan cukup lumayan tinggi.

“Dampak kematian hewan cukup lumayan tinggi, kalau LSD tidak terlalu seperti PMK,” katanya.

BACA JUGA:   Rujak Pare Sambal Kecombrang, Tradisi Warga Tionghoa di Semarang Peringati Pahitnya Tragedi Mei 1998

Pihaknya memberikan pesan kepada peternak agar selalu menjaga kebersihan kandang dan selalu biosekurity. Tak lupa, peternak harus diwajibkan jika hewan ternak didatangkan dari luar daerah untuk memiliki kelengkapan dokumen Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

“Mendekati masa Idul Adha, saya minta teman-teman merawat hewannya dengan menjaga kesehatan. Kalaupun mendatangkan hewan dari luar, tolong dipastikan dulu kesehatan hewannya dengan dilengkapi SKKH,” pungkasnya.

Share this Article
Leave a comment