INDORAYA – Ratusan civitas akademika Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar aksi solidaritas usai pemberhentian sementara aktivitas klinis dr. Yan Wisnu Prajoko dari RSUP Kariadi Semarang.
Aksi solidaritas tersebut sebagai bentuk penolakan terhadap pemberhentian sementara aktivitas klinis kepada Dekan FK UNDIP tersebut. Aksi tersebut digelar di Lapangan Basket FK UNDIP, pada Senin (2/9/2024).
Diketahui, pemberhentian ini
buntut dari kasus kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi, UNDIP dr Aulia Risma Lestari (ARL), akibat bullying seniornya, pada Senin (12/08/2024) lalu.
Kematian korban diduga berkaitan dengan perundungan yang dilakukan oleh seniornya di tempatnya menempuh pendidikan.
Para peserta aksi kompak mengenakan pakaian serba warna hitam dan pita hitam sebagai bentuk simbolik duka cita atas kasus kematian dokter tersebut.
Yan Wisnu menyampaikan, aksi solidaritas ini menunjukkan bentuk kebersamaan dan kekeluargaan FK UNDIP.
“Kehadiran hari ini menunjukkan kita adalah satu keluarga besar yang bersama-sama mencintai rumah kita, institusi yang kita cintai, FK Undip dan rumah besar tempat kita bernaung yang telah melebur dalam darah daging kita,” kata Yan Wisnu dalam orasinya.
Yan Wisnu mengatakan, rentetan peristiwa yang berlangsung dalam beberapa waktu terakhir merupakan dinamika yang menerpa FK UNDIP.
Melalui aksi ini, ia berharap semua civitas bisa bangkit bersama. Sehingga katanya, FK UNDIP dapat terus lulusan dokter yang berkemampuan unggul.
“Tetap semangat, api semangat perjuangan Pangeran Diponegoro akan abadi menyala dalam hati kita semua,” tegasnya.
Turut hadir dalam aksi, Dirut RSA UGM yang juga pernah bertugas di RSUP dr. Kariadi, dr Darwito. Ia menyampaikan pemberhentian Wisnu tidak memiliki dasar hukum dan tidak memiliki prosedur yang benar.
“Kita akan lawan ketidakadilan ini dengan semangat Pangeran Diponegoro,” pungkasnya.